Buat saya, acuan nonton film itu liat rating bintang di imdb. Iya sih, ga jaminan, tapi seenggaknya kalok bintangnya udah sampek empat biasanya udah keren. Nah, pas liat score bintangnya Dracula Untold ini cuman tiga, saya nggak seberapa ngarep buat nonton. Nggak ngepo trailer atau review nya jugak, karena emang lagi nggak seberapa pengen liat film. Tapi berhubung ajakan ke biskop dikasi embel-embel barengan sama mas-mas sak-renteng eligible nan available gitu, saya pun bersemangat, meski ndak pasang estimasi seberapa-seberapa buat nilai filmnya.
Dan saya langsung excited waktu opening disebutkan setting film di kisaran tahun seribu empat ratus sekian masehi, menyebut-nyebut Turki Utsmani atau Ottoman, dan Transylvania. Mendadak nyesel karna ndak gugling duluan, membekali diri dengan ilmu sejarah lebih **halah, mulai freak**
Sultan Mehmed II sang penakhluk Constantinopel atau dikenal dalam nama Al Fatih yang cetar membahana itu dimunculkan dalam image yang ga ganteng. Kalah pamor abis dibanding sama Vlad yang diperankan oleh Luke Evans. Saya pun mencoba tabah menghadapi kenyataan agak pahit ini. Dan ketika perjanjian ditandai oleh darah atas nama Allah SWT digelar pun saya tetap menahan diri untuk woles karena paham benar film adalah produk untuk propaganda, doktrin, dan berbagai modus yang diusung oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sak karepmu lah!
Dracula Untold adalah kisah historical fiction tentang perang Transylvania melawan Ottoman. Sultan Mahmed II yang kala itu menguasai hampir seluruh Eropa dan Timur tengah mewajibkan upeti 1000 anak-anak untuk dididik menjadi tentara (kalau di buku yang pernah saya baca, disebut-sebut sebagai pasukan yeniseri). Vlad sebagai Pangeran Transylvania, di masa kecilnya pernah dikirim ayahnya kepada Penguasa Turki untuk mengikuti pendidikan militer. Kalau dicompare versi sejarahnya sih, Vlad bersama saudaranya Radu dikirim ke Turki sekaligus untuk mempelajari islam, al quran, bahasa turki, dan segala ilmu pengetahuan. Hal inilah yang di film digambarkan Sultan Mehmed II dan Vlad 'seolah-olah' bersaudara, saling menyebut 'brader' meski ada 'nafas peperangan' di setiap penekanan pengucapan. Anyways, tokoh Radu tidak muncul di film ini, mungkin lagi ucul nonton tifi di rumah tetangga **abaikan**. Vlad menolak menyerahkan upeti termasuk anaknya sendiri, Ingeras, yang menyebabkan tumpahnya peperangan antara Transylvania dan pasukan Ottoman. Pasukan Vlad yang sudah kalah secara jumlah, membuat pikirannya buta, membawanya ke Puncak Gunung untuk mendapatkan kekuatan makhluk penghisap darah. Barangkali mitos makhluk penghisap darah ini awal mulanya berkembang dari sini, tetapi yang jelas nama Dracula/ Son of Dracul, sebutan lain untuk Vlad dalam sejarah adalah manusia biasa dan disebut-sebut sebagai salah satu yang diperangi oleh Sultan Mehmed II. (Dracul dalam bahasa setempat berarti Naga/ Dragon, ordo Naga, semacem keturunan bangsawan yang berkuasa turun temurun kali ya?) Tapi yang bikin saya ndak terima adalah, bisa-bisanya Al Fatih tewas di tangan Vlad, masak iya sih seorang penakhluk benteng Constantine yang berabad-abad terkenal sakti itu masih diribetin sama urusan kejar mengejar makhluk penghisap darah. Kayak ndak level dan kurang kerjaan banget gitu , sampek dibelain ngorbanin nyawa pulak. Ya so, please lah, meskipun pengen ngedepanin image hero-nya si Vlad, atau mau berfikir positif tentang pengorbanan makhluk penghisap darah, tapi jangan terlalu nyimpang dari pakem sejarahnya dong dong dooong..! Tentang Al Fatih yang kalau dari film dikenal kejam, arogan, dan sebagainya dan sebagainya, ya okelah, mungkin memang itu sisi lain dari integral pendidikan kedisiplinan yang beliau terima sejak kecil. Tapi jangan lupa, kalau Al Fatih juga sosok intelek penghafal al qur'an, tidak pernah putus sholat malam sejak masa akil balighnya dan sederet ketaatan lainnya.
Terlepas dari keganjilan-keganjilan cerita dikaitkan dengan fakta sejarah, saya cukup menikmati alur cerita dan efek grafis yang ditampilkan sepanjang film. Yang seru adalah, setelah menonton saya justru aktif mengkepoi banyak hal, dan nggak abis gitu aja buat membahasnya. Tentang definisi 'penyula', karena Vlad disebut-sebut sebagai sang penyula, jadi ngerti kalau membunuh dengan cara menyula adalah menusukkan tombak dari dubur lawan **mendadak serem**.
Semua kembali ke filter/barrier diri sendiri. Mau percaya siapa, mau berpihak kemana. Kalau saya sendiri sih berfikir seru aja, karena memancing kita untuk memperbaiki diri dan belajar lebih banyak lagi.
*kemudian saya lari ke belakang biskop, mau nggiles masnya yg muter roll film, gregeten* halah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H