Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya endah, mahasiswa PIAUD UIN MALIKI MALANG. Saya memang memiliki hobby membaca dan menulis. Dari kecil ketika ibu kepasar saya sering berkata "mamak belikan endah majalah bobo (majalah tren kid zaman saya)". Tidak tahu mengapa saya selalu tertarik untuk membaca walaupun yang saya baca hanya buku atau majalah itu-itu saja. Saya tidak pernah merasa bosan untuk membaca.
Hingga duduk dibangku aliyah saya selalu membaca walaupun tidak serajin dahulu. Mungkin orang akan bertanya " mengapa tidak serajin dahulu ?" jawaban saya simple " karena membaca adalah panggilan hati". Jika dilihat sekilas membaca adalah suatu pekerjaan yang mudah, padahal hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh dan fokus yang mampu melakukan pekerjaan membaca. Walaupun saya tidak rajin membaca, saya rajin menulis. Menulis apa saja yang membuat hati saya bahagia. Bagi saya menulis adalah suatu cara mengungkapkan ide, fikiran dan isi hati. Hingga selesai aliyah saya memiliki sepuluh buku yang berisi ribuan tarian jemari saya. Buku-buku itu bukan sebagai sampah melainkan motivasi saya untuk selalu menulis karena saya memiliki cita-cita menjadi penulis best seller dan terkenal.
Waktu terus berjalan, hingga saya berada dibangku kuliah. Menulis dan membaca menjadi hal tabu bagi saya, saya mulai menganggap enteng semua hal. Padahal didunia kuliah harus memperkaya pengetahuan dengan membaca. Saya mengerti perubahan itu sangat menyimpang pada kehidupan saya sebelumnya. Terkadang saya ingin bangkit tetapi hanya omong kosong belaka.
Hingga akhirnya penerang hatipun tiba. Tepat pada semester dua, saya mendapat pelajaran psikologi perkembangan yang mana dosen pengampunya adalah bapak AKHMAD MUKHLIS (beliau juga aktif dikompasiana ini). Beliau mewajibkan mahasiswanya untuk mendaftar dikompasiana dan memberi tugas untuk menulis. Saat itu saya sedikit tersenyum, mungkin ini awal kebangkitan saya. Kebangkitan untuk menyukai dunia membaca dan tulis menulis. Masih teringat jelas diotak ini saya mulai menulis pada tanggal 10 februari 2017 dengan judul "JANGAN SALAHKAN AKU BUNDA, MENJADI ANAK HIPERAKTIF" ketika itu pembacanya hanya 14 orang. Setiap minggu saya menulis, menulis bukan dari hati melainkan karena tugas. Rasa malas pun mulai menghantui, saya mulai jarang singgah dikompasiana ini.
Saya menyimpulkan bahwa saya gagal bangkit kedua kalinya dari rasa pembodohan ini.
3 november 2017, saya mengikuti seinar dengan tema " MENUANG CERITA TANPA BATAS DALAM SECANGKIR LITERASI" Pembicaranya seorang ibu rumah tangga bernama LILIK FATIMAH AZZAHRA peraih the best in fiction and people's choice dalam kompasiana award 2017. DEG hati ini tergugah untuk menulis lagi. Yang saya ingat kata-kata beliau adalah saya hanyalah seorang emak-emak yang suka menulis. Hati ini terpukul. Bagaimana tidak ? seorang mahasiswa tak mampu mencintai dan meluangkan waktu untuk membaca dan menulis. Padahal pekerjaan ibu rumah tangga jauh lebih padat dari mahasiswa. Pada saat itu saya bertekad untuk kembali seperti sedia kala. Menulis dibuku special saya, setelah itu baru saya sentuh kompasiana. Dan saya tarikan jari-jari ini diatas tombol-tombol impian.
Terima kasih kompasiana, proses saya mencintai menulis kembali memang sangat panjang. Semua itu tak lepas dari jasa kompasiana, pak mukhlis dan ibu lilik. Jujur saya tidak pernah menyesal bergabung menjadi keluarga besar kompasiana. Tetaplah menjadi penyemangat saya kala hati dan pikiran tak menyatu.
SELAMAT ULANG TAHUN KOMPASIANA, TETAPLAH DIHATI HINGGA JARI INI TAK MAMPU BERGERAK LAGI.
***
Endah Wahyu Sugiharti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H