PESONA BINTANG
Perkenalkan, namaku Candra. Lebih lengkapnya namaku Arsyla Candra Maheswari. Namaku ini memang kedengarannya seperti cowok, tapi aku ini cewek. Memang aku ini agak tomboy, seperti namaku, tapi yang namanya cewek ya tetep cewek. Aku mempunyai sahabat bernama Pesona Bintang dia adalah seorang cowok. Ia dan aku sudah bersahabat sejak TK karena kami selalu berada di satu sekolah dan kelas yang sama. Rumah kami juga berdekatan, tidak lebih dari 1 kompleks perumahan. Kami selalu bersama. Jika Bintang ada, aku pasti ada bersamanya. Mungkin itu yang menyebabkan aku jadi agak tomboy, suka bermain bola yang merupakan kesenangan laki-laki. Menurutku, saat-saat seperti itulah yang paling menyenangkan.
Ketika malam mulai menampakkan diri, aku duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Aku memandang langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari sinarnya seakan dialah benda yang paling indah di angkasa. Tak ada bintang yang dapat aku lihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk kulihat, kataku dalam hati sambil aku tersenyum sendirian. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, seolah-olah menghembuskan udara pada wajahku yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Ah, ternyata hanya ada satu bintang di balik awan, senyumku tersungging di balik bibirku yang mungil.
Ya Rabb...bintanglah yang selalu menyinarkan cahaya yang begitu nyaman untuk bumi. Bintang juga yang membuat bulan dapat memiliki cahaya. Ya Rabb...ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah, seandainya ketika aku membuka jendela, memandang langit dan tak aku temukan bintang mungkin malam itu akan menambah kesedihanku. Aku sempat bertanya kepada bintang' Wahai bintang, kenapa kamu tetap diam, tidakah kamu mau menjadi sahabatku. Dengan kerendahan hatinya, bintang seakan tidak mempedulikan semua keluh kesahku, bintang hanya bisa tersenyum. Dengan senyuman yang begitu manis, bintang tidak menjawab semua pertanyaanku."Lalu aku harus bagaimana? Bukankah tugas bintang untuk menemani malam yang begitu mencekam? Apakah aku harus iri? Padahal Dia tidak pernah marah meskipun hamba-Nya lupa."
Suatu malam, aku dan Bintang sahabatku sedang jalan-jalan dialun-alun Kotawa, jalan-jalanku bersama Bintang dipenuhi dengan canda tawa. Hingga ada satu pertanyaan dari Bintang yang membuat jalan-jalanku terhenti sebentar.
"Candra, kalau seandainya aku pergi, kamu mau gimana?"
"Mana mungkin kamu berani pergi sendiri, aku tau kamu itu masih penakut!" Aku tertawa.
"Iiih...ini bukan candaan tau, aku serius!" Ujar Bintang. Aku berhenti tertawa dan memandang ke Bintang.
"Memang kamu mau ke mana?"
"Emm, nanti aku ceritain, sekarang kamu jawab dulu!" Bintang berusaha menyembunyikan sesuatu.