Hari raya dan ketupat itu identik. Dari saya masih kanak-kanak sampai sekarang berusia setengah abad, hari raya, bedug dan ketupan adalah satu paket. Kartu ucapan bernuansa lebaran adalah kartu ucapan yang hiasannya didominasi oleh kedua benda itu, ketupat dan bedug.
Dalam tulisan ini saya ingin berbincang-bincang tentang ketupat. Adalah Durenan, kota kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Trenggalek, merupakan daerah yang terkenal dengan tradisi kupatan. Kalau di daerah lain, kemeriahan hari raya terjadi pada hari pertama, kedua dan ketiga maka di Durenan ini kemeriahan lebaran justru terjadi pada lebaran ketupat yang waktunya adalah hari kedelapan idul fitri. Pada hari itu, orang saling berkunjung untuk bersilaturahmi. Uniknya, di hari itu setiap rumah menyiapkan ketupat untuk disajikan dan disuguhkan kepada para tamu yang datang. Saya ulangi lagi ya, setiap rumah.
Saya pernah bertanya kepada saudara yang tinggal di Durenan tentang asal muasal tradisi ini. Dari beberapa informasi yang saya gali, tidak ketinggalan dari google tentu saja, tradisi ini bermula dari tokoh agama di daerah itu. Beliau, yang dikenal dengan nama mbah Mesir, adalah tokoh yang selalu menjalankan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal secara berturut-turut, dimulai pada hari kedua sampai hari ketujuh.
Setelah menyelesaikan puasa sunnah, beliau berbuka dan menggelar open house untuk masyarakat sekitar dengan menyuguhkan hidangan ketupat lengkap dengan sayurnya. Kebiasaan mbah Mesir ini membuat para santri dan masyarakat sekitar menunggu hari raya kedelapan untuk bersilaturohim ke pondok beliau.
Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar, selalu menggelar open house dengan hidangan ketupat di hari raya kedelapan. Maka berkembanglah tradisi ini sampai sekarang. Tetapi untuk tahun ini, seiring dengan wabah covid-19, tradisi lebaran ketupat di Durenan ditiadakan.
Bagaimana dengan daerah lain? Di daerah saya, kupatan dilakukan dalam bentuk selamatan. Dilaksanakan pada malam hari ketujuh hari raya. Sepertinya ada kesamaan dengan tradisi kupatan di Durenan.
Intinya, kupatan ini dilakukan untuk merayakan atau menandai berakhir puasan sunnah 6 hari di bulan Syawal yang diambil awal waktu yaitu hari kedua sampai hari ketujuh. Hanya saja kalau di daerah saya, selamatan kupatan itu dilakukan oleh warga di musholla atau di masjid. Di sana dilakukan doa bersama dan dilanjutkan dengan makan ketupat sayur bersama.
Hal penting dalam acara kupatan ini adalah puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunnah ini sebetulnya bisa dilakukan kapanpun asal masih di bulan syawal, tetapi lebih afdol bila dilakukan di awal waktu. Amalan puasa sunnah ini sangat berat karena harus menahan nafsu makan di saat kita diperbolehkan memakannya. Terasa sangat berat lagi karena di hari raya semua makanan yang enak-enak dibuat dan disuguhkan. Acara silaturahmi ke rumah sanak kerabat selalu disuguhi makanan. Kalau tidak makan rasanya sayang.
Tetapi sebetulnya puasa ini sangat baik. Selain fadilahnya yang sangat besar, bagi tubuh kita juga sangat baik terutama dalam mengendalikan nafsu makan dan menjaga kesehatan.
Biasanya begitu lebaran tiba, kita makan apa saja. Makanan yang dihidangkan nyaris semuanya mengandung bahan-bahan yang harus dihindari oleh penderita penyakit berat. Kita tidak menyadarinya. Biasanya dengan dalih, ah kan tidak setiap hari, ah kan hanya lebaran, ah sedikit, ah gak enak dengan saudara yang menghidangkan dan lain sebagainya.