Ada pertanyaan seorang kawan yang masuk ke WhatsAap saya 081313178979, "Kang Encon Rahman, bagaimana caranya kita mempersiapkan referensi untuk tulisan artikel yang akan saya kirim ke media cetak?"
Pada saat WA itu dibaca, posisi saya sedang menjadi narasumber pada pelatihan "Teknik mengelola keuangan pasca pensiun" yang diselenggarakan oleh salah satu BKPSDM kabupaten di provinsi Jawa Barat. Pelatihan dilaksanakan di Ciater, Subang. Karena tanggung, saya belum sempat menjawab pertanyaan tersebut. Nah, baru setelah selesai mengisi kelas pelatihan, saya menjawab pertanyaan tersebut.
Referensi Artikel
Membahas referensi dan tulisan artikel ibarat dua sisi mata uang logam. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Artikel tanpa referensi ibarat sayur tanpa garam. Artikel merupakan tulisan ilmiah populer. Definis ini memberi gambaran kepada kita, bahwa menulis artikel wajib menyertakan referensi yang memperkuat argumen kita.
"Berapa jumlah referensi yang layak untuk satu artikel kang?" tanya teman saya lagi via WA.
Saya katakan, "Relatif. Bro!" Tidak ada ketentuan yang pasti berapa jumlah referensi dalam sebuah artikel. Namun, jika kita memperhatikan jumlah kolom media cetak yang sangat terbatas, tentu referensi tersebut juga terbatas. Yang terpenting menurut saya artikel itu harus menyertakan referensi. Jika tidak ada refefensi, bisa jadi tulisan itu bukan jenis artikel. Mungkin opini atau esay.
Catatan Akhir
Salah satu ciri khas tulisan artikel, yaitu adanya referensi untuk memperkuat argumen. Referensi dalam artikel bisa berupa kutifan, bisa juga berupa data yang jelas sumbernya.
Majalengka, 10 April 2022
Tulisan ke-12 dari 1000 tulisan yang akan disajikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI