Lihat ke Halaman Asli

Sedikit... Cukup, Banyak... Sisa

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Pesan dibalik Perjalanan) . "Payaaaaaah……..harga sembako pada naik terus. Kapan turunnya yah ?

“Kenapa bu ?"

“Pusiiiing ….!!!”

“Koq pusing sih ?”

“Ayah kayak ga pernah denger berita aja, gimana sih wakil rakyat, janjinya maniiiis, eh …. Hasilnya pahit ….., janjimu palsu !” Hasanah makin cemberut saja ngedumel, sambil membereskan belanjaannya kedalam lemari pendingin.

“Oh …. Janji ayah palsu yah ?” Ramadhan melirik sambil tersenyum.

“Bukan Yah …… itu tuh yang pernah koar-koar mau mensejahterakan rakyatlah, menurunkan harga lah, dan segudang lagi ‘lah’ …….”

“Ssssssst ……..ga boleh begitu ah !”

“Emang kenyataan koq “

“Kalau kedengaran yg ‘merasa’, kan jadi gak enak, bu “

“Biarin aja !!! ….biar denger sekalian”

“Kalau ngomongnya di depan gedung DPR mungkin mereka denger, lah …. Disini … Cuma ayah doang , paling ‘banter’ sama si mba….”

“Memang harusnya kita demo besar-besaran ……minta ke pemerintah biar harga kebutuhan pokok diturunkan “

“Bu….ibu …… apak gak pernah lihat di tv banyak juga yang demo seperti itu, mana hasinya ?, tapi boleh-boleh aja sih kalau mau demo””

“Terus ……gimana dong solusinya…?”

“Bu … kenaikan harga itu merupakan hukum ekonomi, hukum dagang. Semakin langka barang , akan semakin mahal, penunjang sarana barang naik, barang itupun akan ikut naik, dan banyak lagi hal-hal yang menyebabkan harga jadi naik “

“Itu mah bukan solusi atuh Ayah …!!”

“Sebentar dulu …., belum selesai…”

“Ya terus…..”

“Nah sekarang ada pertanyaan,…… kenapa barang-barang itu terasa menjadi mahal oleh kita…?

“Ya… seperti yang ayah katakana tadi !!

“Bukan…”

“Jadi..???”

“Karena duit untuk belanjanya kurang …., duitnya ga ada, kalau duitnya mencukupi atau berlebih, tidak akan ada kata mahal..”

Hasanah terdiam seolah merenungkan apa yang dikatakan suaminya .

“Jadi…????”

“Yaa… kita harus berusaha untuk mempunyai uang sebanyak-banyaknya..”

“Dengan cara ???”

Berdo’a dan berusaha, berpikir dan berikhtiar, berdo’alah agar dimudahkan dalam usaha, berikhtiarlah terus jangan pernah mengeluh, nah kalau mau bilang sama yang namanya wakil rakyat, bilanglah minta digampangkan dalam mendapatkan uang, kalau uangnya mudah didapat, mau barang-barang harganya seberapapun, gak akan jadi masalah …”

“Terus gimana dong sekarang…?”

“Nah tugas ibu sekarang,……. Berdo’a terus agar usaha kita lancar, sebelum itu terjadi, pandai-pandailah menghemat dan memohon keberkahannya dari apa yang telah kita dapat, biar menjadi manfaat untuk kita “

“Maksudnya berkah ??”

“Berkah itu kalau dalam bahasa sunda “saeutik mahi, loba nyesa” (Sedikit cukup, kalau banyak, sisa), kalau kita biasa makan sepiring kenyang, sekarang sepiring bertiga tapi tetap kenyang, nah itulah berkah “

"Terus,.... ikuti dengan sabar dan syukur ......."

Hasanah terdiam ……..hatinya seperti diselimuti embun

…………….

Yaa Rahman …. Berilah kami kemudahan dalam menjemput rizki yang telah Engkau siapkan, dan berkahilah ………kabulkanlah yaa Rabb ………., amiin……

…….

..

“Rumah Sahaja”

EAR 20910 Ciputat -Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline