Lihat ke Halaman Asli

Hadiah dari Almarhumah

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Pesan dibalik Perjalanan)

Suasana hening, tatkala pak Ustadz memulai tausyiahnya, kulihat semua keluarga menundukkan kepalanya seraya menyimak apa yang disampaikan beliau. Suasana sedih menyelimuti ruangan keluarga yang lumayan besar, semuanya larut dalam renungan hidup. Yah …. Ibu kami semua (mertua) telah meninggalkan dunia yang fana ini tadi pagi, karena sakit yang dideritanya.

Dengan penuh arif pak Ustadz menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan kematian, tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa saya dengar dari Ustadz yang lainnya bahwa kematian adalah janji Allah, yang ‘pasti’ setiap kita pasti akan melaluinya, dan beliaupun menyertakan beberapa ayat sebagai dasarapa yang diucapkannya.

Kurang lebih 20 menit beliaumenenangkan hati kami dan beliau menanyakan kepada kami sekeluarga barangkali ada hal-hal yang akan ditanyakan.

“Pak Ustadz, kami sebagai anak-anaknya masih ingin berbakti kepada ibu tercinta, amalan-amalan apakah yang harus kami lakukan?” Tanya kakak ipar saya

“Pertanyaan yang bagus dan seharusnya” jawabnya

“Jadilah anak yang saleh, lalu mendo’akannya, karena do’a anak yang salehlah yang akan sampai kepada almarhumah, begitulah menurut beberapa hadits yang sahih” jelasnya

“Teruskan jalinan tali silaturahim yang beliau biasa lakukan, teruskan amalan-amalan beliau yang rutin dilakukan, dan melaksanakan amanatnya jika ada” sejenak berhenti

“Mungkin saya akan mengemukakan contoh salah satunya yang rutin beliau lakukan”

Kami semua saling lirik, seperti ada yang tidak dipahami, bagaimana pak Ustadz ini tahu apa yang biasa dilakukan ‘mama’ (panggilan kami kepada ibu) yang kami ketahui bahwa pak Ustadz ini adalah salah satu pengurus pondok pesantren dan anak yatim di daerah kami., dan memang keluarga kami kalau memberikan zakat selalu lewat beliau.

“Saya harus mengemukakannya sebagai hadiah dari ibu tercinta untuk putra-putri dan keluarga semua” memecah keheningan

“Hadiah…?”batinku

“Beliau dengan rutin dan istiqomah selalu menginfakkan sebagian dari rizkinya kepada pondok pesantren dan yayasan yatim piatu yang kami kelola sejak 15 tahun silam hingga menjelang kepergiannya tadi pagi, tidak pernah terlewatkan”

Yang hadir pada mengangkat kepalanya saling menengok kanan dankiri seolah tidak percaya, dan sayapun merasakan gemuruh getaran kalimat ‘Subhanallah…’dari hati mereka.

“Besarnya pak Ustadz?” kakak iparku yang lain memecah keheningan

“Rp.25.000,-“ jelasnya “Amalan-amalan seperti inilah yang disukai Allah, tidak besar nilai nominalnya namun istiqomah dilakukan” jelasnya

“Subhanallah …yaa Karim…”gumamku

“Teruskanlah kebiasaan-kebiasaan mulia ini, Insya Allah akan jadi catatan beliau bila kita niatkan ibadah karena Allah”

………..

Setelah acara usai, semua keluarga riuh membahas apa yang dikemukakan pak Ustadz tadi, setelah saling tanya, ternyata tidak ada satu anaknyapun yang mengetahui kebiasaan itu sampai bapak sendiripun (mertua) ternyata tidak mengetahuinya..

…………

Ada getaran-getaran Rabbani menumbuk ke jantung kalbu, Subhanallah …inilah amal yang disukai Allah, istiqomah dan dengan sembunyi-sembunyi, hingga orang terdekatpun tidak mengetahuinya.

Kupapah istriku ketempat yang agak sepi “Bu … mari kita teruskan amalan ‘mama’ ini, Demi Allah ini suatu kebaikan” bisikku dengan nada rendah bercampur haru

“Insya Allah ….Kita harus meneladaninya” jawab istriku sedikit terbata

“Alhamdulillah yaa Allah ….. berikan kami kekuatan untuk mengamalkannya”

Ciputat desember09

EAR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline