Lihat ke Halaman Asli

Nak, Apa Cita-citamu? Begini Cara Memaksimalkannya!

Diperbarui: 25 Maret 2016   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: epiccareer.net"][/caption]Jika anak TK ditanya mengenai cita-citanya, tanpa perlu berpikir panjang mereka langsung memberikan jawabannya. Jawaban mereka sesuai dengan gambaran sosok yang melekat dalam benak mereka. 

"Saya mau jadi Dokter!"

"Aku ingin jadi Pilot!"

"Aku mau jadi Polisi!" 

Begitulah jawaban spontan mereka. Saat ditanya cita-cita, anak TK akan langsung membayangkan diri mereka seperti sosok idola mereka, dengan pakaian seragam tertentu yang mereka lihat dan ketahui. 

Ketika SD, anak-anak pun masih bisa menjawab pertanyaan cita-cita dengan mudah, walaupun jawaban mereka sudah mulai ada unsur suka dan tidak suka terhadap pilihannya. Tidak seperti saat TK yang mana jawaban mereka hanya berdasarkan imajinasi, tanpa pernah memikirkan suka atau tidak terhadap bidang pekerjaan tersebut.

Memasuki usia SMP, jawaban mereka masih lumayan lancar ketika ditanya tentang cita-cita. Meskipun biasanya mereka mulai berpikir, melihat kemampuan yang mereka miliki. "Bisakah saya menjadi dokter? Menjadi insinyur?"

Saat duduk di bangku SMA, jawaban bisa menjadi berbeda. Ketika remaja ditanya cita-cita, kebanyakan dari mereka justru kebingungan. "Saya mau jadi apa ya?"

Cita-cita yang dulu mereka sebutkan ketika kecil, sekarang tidak lagi terasa seyakin saat mereka duduk di bangku TK. Bahkan, biasanya mereka memikirkan ulang akan cita-citanya. Kira-kira apa yang layak dan pantas buat mereka? Tidak lagi apa yang mereka mau. Karena ternyata, yang mereka cita-citakan saat TK tidak selamanya sejalan dengan perkembangan kemampuan, kapasitas, kompetensi, bahkan minat mereka.

Saat sudah masuk perguruan tinggi, para pelajar yang sudah menjadi mahasiswa justru banyak yang kebingungan dengan cita-cita mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah kuliah di universitas negeri ternama, masih belum yakin dengan cita-citanya. Belum yakin dengan pilihan jurusan yang mereka ambil. 

Jadi, tidak bisa dipungkiri bahwa ada anak yang sejak kecil berprestasi, tetapi ketika di bangku kuliah justru mengalami banyak kendala dengan pendidikannya. Bukan karena mereka tidak mampu secara intelektual tetapi mereka mengalami hambatan yang sifatnya non-akademis. Mereka menjalani perkuliahan dengan berat dan penuh beban, karena mereka menjalani perkuliahan untuk bidang studi yang mungkin tidak mereka sukai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline