Lihat ke Halaman Asli

SURAT TERBUKA

Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Samudera Cinta Kompasianer ( Saciko #1)

Diperbarui: 9 Januari 2016   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi"][/caption]

Seperti biasa, selesai shalat Shubuh ku tekan tombol power di beranda laptop. Modem hadiah dari salah satu perusahaan seluler itu masih utuh terpajang nikmat dalam vagina usbnya. Bulan ini ada event besar menulis cerita pendek untuk anak usia sekolah. Pikiran tertuju kesana dan akhirnya kutuliskan 6 (enam) huruf. “C.E.R.I.T.A”

Belum lengkap menulis cerita pendek, Aku terkejut dengan beberapa judul yang muncul.  

“Oh.. akh.. ukh…” dering tulisan itu, membuatku ngeri tergelitik tapi terus saja kubaca. Senjata rahasia ini berdiri tegang Aku terus membacanya. Belum sampai kelimaks telepon berdering.

“Halo, Assalamualikum, ada apa dik, pagi-pagi sekali, tanyaku tanpa membutuhkan jawaban.

Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya desahan tangis yang kemudian disambut bunyi tut, tut, tut. Penasaran dengan suara itu, Ku telepon balik dan akhirnya Sachiko Humanis nama adik kelasku, mengangkat teleponnya. Benar saja, Shachiko sedang menangis.    

“Ada apa dik, kok pagi-pagi gini cengeng,” tanyaku
“Kakak datang segera, hiks,hiks,hiks,” suaranya terbata-bata
“Kemana, masih petang nih,
“Cepat kak, nanti keburu banyak yang datang, adik di ujung utara pantai Labuan Haji kak,” jawabnya, memelas
“Emang ada, apa?.
“Tut,,,tut,,,,tut,,,,suara HP dimatikan. Selang tak lama, muncul sms jangan lupa bawa baju n celana untukku.

 

Sachiko Humanis, adalah nama yang kuberikan untuk salah satu adik kelasku yang seringkali menumpahkan airmatanya dipundak ini karena broken-broken yang dihadapinya. Nama aslinya bukan demikian, namun nama itu adalah impian seorang kakak agar ia bisa dewasa dengan masalah yang menimpanya. Agar suatu hari ia menjadi seorang Sachiko Murata yang produktif bak pemilik nama yang kuplagiatkan untuknya dari negeri Sakura

Kini Sachiko kembali membuat beban, tapi selalu puas rasanya karena membantunya adalah anugerah terindah terutama ketika Shaciko bisa tersenyum manis melintasi masa-masa sedihnya. Sachiko sebenarnya anak yang baik, anak yang berpotensi, anak yang hanya tenggelam karena keadaan. Butuh diberdayakan dibalik segudang masalah yang sulit membuatnya move on.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline