Lihat ke Halaman Asli

Emy Sulviyani

Mahasiswa S1 Administrasi Publik Universitas Diponegoro

Darurat Sampah Plastik, Pembuatan Ecobrick Di MTs NU Ma'rifatul Ulum Berlangsung Dengan Antusias Tinggi

Diperbarui: 14 Agustus 2022   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Desa Mijen, Kab. Kudus (01/08/2022) - Plastik banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan manusia. Masalah utama plastik adalah sampah plastik yang tidak terurai secara alami. Butuh waktu lama untuk membersihkan sampah plastik di permukaan bumi. Plastik juga meningkatkan suhu udara karena sifat polimer yang tidak berpori.  Pada titik ini, sebagian besar produk diproduksi tanpa memikirkan kemana mereka akan pergi ketika dikonsumsi. Banyak produk juga dirancang untuk gagal dalam periode tertentu yang disebut "keusangan yang direncanakan". Hal tersebut menjadi penyebab dibalik meluapnya tempat pembuangan sampah dan menjadi sebuah masalah penting bagi ekosistem daerah.  Sejak 1950, sampah plastik diproduksi mencapai 8,3 miliar ton dan sekitar 60% plastik berakhir di TPS atau bercecer di lingkungan alam. Tahun 2021, jumlah sampah di Indonesia hampir mencapai 70 juta ton dan diperkirakan trennya akan terus naik.

Dokpri

Keberadaan Bank Sampah sebagai BUMDes di beberapa desa di Indonesia merupakan salah satu upaya konkret Pemerintah Desa dalam mengelola sampah plastik. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah plastik salah satunya adalah pembuatan ecobrick.  Ecobrick merupakan salah satu upaya kreatif untuk mengelola sampah plastik menjadi benda-benda yang berguna, mengurangi pencemaran dan racun yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Disebut bata ramah lingkungan karena ecobrick menjadi alternaltif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan, seperti meja, kursi ataupun taman.

Dokpri

Mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro 2021/2022 di Desa Mijen turut berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Mijen untuk mengurangi serta mengolah sampah plastik menjadi ecobrick dengan melakukan pelatihan pembuatan Ecobrick. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di wilayah desa.  Pelatihan Ecobrick menyasar remaja Desa Mijen yang bersekolah di MTs NU Ma’rifatul Ulum. Pemilihan sasaran yang merupakan siswa sekolah menengah bertujuan agar kesadaran pengelolaan sampah plastik dimulai sejak usia remaja. Kegiatan pelatihan pembuatan Ecobrick ini dimulai dengan pembentukan kelompok agar remaja memiliki rasa kerja sama dalam memecahkan masalah. 

Setelah pembuatan kelompok, salah satu masiswa KKN menyampaikan materi dan menayangkan video pembuatan ecobrick yang nantinya dipraktikkan oleh siswa. Siswa-siswa yang telah berkelompok kemudian diarahkan untuk membuat Ecobrick dengan bahan yang disediakan.  Kelompok dengan ecobrick paling padat dan sesuai dengan kriteria mendapatkan hadiah. Pemaparan materi disertai kuis pada akhir sesi sebagai bahan evaluasi pemahaman siswa dan siswi terkait pengurangan sampah plastik dan pembuatan ecobrick.

Dokpri

Pada akhir kegiatan dilakukan pemasangan poster pada madding sekolah dengan tujuan menjadi ajakan kepada siswa dan siswi untuk mengurangi sampah plastik. Kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi siswa-siswa MTs NU Ma’rifatul Ulum agar mampu menjaga lingkungan desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline