Lihat ke Halaman Asli

Emu Muslihat Sumawiguna

Guru mata Pelajaran IPA SMP Negeri 4 Warungkiara

Best Practise Pembelajaran

Diperbarui: 27 September 2022   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang siswa akan sangat bermanfaat untuk dirinya jika siswa tersebut mengalami pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran akan jadi bermakna apabila terdapat kesesuaian antara materi ajar dengan kondisi nyata di lapangan sehingga perkembangan peserta didik atau siswa akan sesuai dengan perkembangan tingkatan kognisi yang diharapkan. Dalah  rangka ini, saya akan menyampaikan pengalaman saya membimbing pembelajaran siswa mengenai sistem reproduksi pada manusia dengan topik oogenesis.

Dalam pembelajarn topik ini, biasanya siswa cenderung tidak termotivasi untuk berperan aktif. Hal ini dikarenakan bahasan yang cukup sensitif dan dianggap memalukan jika membahas topik ini di depan kelas. Masih ada siswa yang engggan untuk bercerita tentang gejala pada fase menstruasi karena merasa malu dengan rekan- rekannya. Padahal ini adalah hal yang lumrah dan memang harus disampaikan sebagai bagian dari seks education, terutama umtuk para siswa perempuan yang memasuki masa pubertas. Hal ini tidak akan bisa dihindari karena memang pada masa ini seorang wanita akan mengalami menstruasi. Sebagaimana kita ketahui, menstruasi adalah tahapan yang harus dilalui seorang wanita setelah mengalami pembentukan sel telur (oogenesis). Jadi ada kaitan erat antara menstruasi dan oogenesis. Kondisi belajar siswa yang tidak aktif karena terhalang ioleh rasa sungkan dan malu akan menghambat proses belajar siswa mengenao topik ini. Maka dalam hal ini, guru harus mamp[u merancang kegiatan pembelajran yang akan melibatkan seluruh siswa secara aktif dengan mengesampingkan rasa malu. Pemilihan metode dan model pembelajran yang tepat akan berpengaruh terhadap tingkat aktifitas siswa. Dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi akan mendorong siswa untuk pemiliki rasa ingin tahu dan bertukar pendapat dengan temannya berdasarkan pengalaman nyata yang mereka alami. Apalagi pendekatan scientifik yang melatih siswa untuk mengembangkna kemampouan berfikir tingakat tinggi. Tentang apa yang dirasakan dan apa penyebab nya. Untuk mendukung kegiatan belajar ini, sumber belajar yang digunakan adalah lingkungan sekitar yang didukung oleh media seperti youtube, google sites, buku paket dan sumber lain yang relevan.

Dapak yang terjadi dari kegiatan ini adalah kegiatan belajar yang aktif dan melibatkan seluruh siswa. Hasil nya sangat efektif, ditandai dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap topik yang dibahas. Dari hasil observasi, 98% siswa mampu mendapatkan nilai diatas nilai ketuntasan minimal, dan 80 % siwa mampu melakukan analisis terhadap proses oogenesis pada manusia. Faktor penunjang keberhasilan nya adalah kesesuaian antara topik pembelajaran dengan metode dan model pembelaran yang dipilih. Suiswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belaja dan mampu memahami pembelajran dengan maksimal.

Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah kreatifitas dan sensitifitas guru terhadap permasalahan kongkrit yang terjadi di sekitar dan menghubungkannya dengan topik pembelajran saat itu. Jika itu sudah sesuai maka siswa akan lebih tertarik dan termotivasi karena pembelajran yang mereka lakukan sesuai dengan permasalahan sehari- hari dan memudahkan mereka dalam menjalani kehidupan kedepannya. Atau dikenal dengan pembelajran kontekstual

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline