Ketika saya menuliskan tulisan ini saya pertama-tama ingin menyampaikan bahwa saya tidak bermaksud untuk menyindir atau menghujat siapapun. Tulisan ini hanya bermaksud untuk menjadi bahan renungan diri bagi diriku sendiri.
Tulisan ini terinspirasi dari "Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Indonesia adalah republik-ku tercinta. Tempat dimana aku berasal. Tempat dimana aku tumbuh. Tempat dimana sumber daya alam melimpah ruah. Bahkan hingga umurku saat ini tak mampu menjelajahi satu per satu keindahan alam Republik Indonesia.
Photo courtessy: emtris
Jakarta merupakan Ibukota Indonesia. Apa yang tak bisa aku dapatkan disini, begitu banyak hal yang dimiliki kota terpadat di Indonesia ini. Temanku menyebut kota ini sebagai kota 24 hours. Kemacetannya yang menurutku begitu parah ini tetap saja tak menghalangiku untuk mengais rejeki di kota ini.
Ada yang bilang siapa kuat dia yang akan bertahan. Aku tak mau menyimpulkannya mentah-mentah. Toh hanya "katanya". Karena menurutku "katanya" tak berarti benar. "Katanya" hanyalah sebuah opini seseorang. "Kata si A" belum tentu sama dengan "Kata si B". "Kebenaran" akan aku ketahui jika aku yang mengalaminya sendiri, ketika aku yang melihatnya sendiri, ketika aku yang merasakan nya sendiri. Begitupun dengan orang lain.
Aku sebagai warga Indonesia secara sengaja atau tidak sengaja pernah melakukan kesalahan. Sangking sibuknya aku mengurus kehidupan orang lain aku sampai lupa mengurus hidupku sendiri. Bagaimana bisa aku baru menyadari ini jika tak ada yang mengingatkanku.
Ah sudahlah; "Nasi sudah menjadi bubur". Tapi bukan berarti "bubur" tak dapat dinikmati. Semua itu tergantung dari bagaimana aku memandang suatu hal. Semua itu tergantung bagaimana persepsi ku akan suatu hal. Jika aku berfikir negatif, maka hal yang akan aku kerjakan akan menjadi negatif. Jika akau berfikir positif, makan hal yang aku kerjakan akan berubah menjadi hal yang positif pula.
Aku tak perlu muluk-muluk membahas soal Koruptor, aku tak perlu muluk-muluk membahas tentang siapa yang salah, siapa yang benar, aku tak perlu muluk-muluk membahas tentang kemacetan di Jakarta karena siapa, aku tak perlu muluk-muluk membahas siapa yang layak jadi gubernur DKI Jakarta, aku tak perlu muluk-muluk membahas ekonomi Indonesia yang masih "begini.. dan begitu", aku tak perlu muluk-muluk menghitung kurs rupiah saat ini.
"Aku ini siapa? Orang yang sempurna?"
Tentu saja tidak.