Lihat ke Halaman Asli

Elesia

I'm a writer

Setega Itu Cari Panggung di Atas Penderitaan Orang?

Diperbarui: 30 Maret 2019   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : flickr.com

"Menghargai sesama bukan hanya sebatas tidak mengganggu"

Banyak headline news kekerasan yang sering muncul di berita. Saat berita itu jadi pokok pembicaraan, maka acap kali seseorang ataupun sekelompok menyelip mencari sensasi. Membuat panggungnya sendiri dengan memanfaatkan kabar dukacita atau kabar buruk, bahkan bisa melenceng ke arah provokasi tanpa berpikir panjang. 

Karena di zaman sekarang, yang cari panggung menggunakan cara yang tidak terpuji lebih tenar dibandingkan dengan cara-cara terhormat. Contoh kecilnya saja (yang sudah basi dan semua orang hampir tahu) ada artis dadakan yang terkenal karena berjaya membuat sensasi yang gak mendidik.

Atau kasus terakhir yang mengundang banyak prihatin dan ucapan belasungkawa dari segala penjuru. Kasus meninggalnya seorang Pendeta Muda asal Nias di Palembang -- aku berdoa untuk ketenangan jiwamu, Dik. 

Entah kenapa banyak sekali yang lebih doyan bicara kasar dan kotor untuk menunjukkan simpati atau kekesalannya. Sementara jejak digital sangatlah kejam. Bisa menyebar kemana-mana dan berakibat fatal. Padahal, mungkin saja ada yang lebih kesal darinya, bahkan patah hati, tetapi masih bisa berpikir dan bertindak dewasa.

Kasus seperti ini pulalah yang ujung-ujungnya akan memecah belah bangsa kita. Sebab kebanyakan malah melenceng menghina suku, agama, ras/asal daerah si pembunuh atau lebih ironisnya, hinaan itu juga untuk si korban. Entah untuk apa! 

Perbincangan kasar dan tak terarah itu sebenarnya bisa ditahan. Akan lebih baik jika dirinya turun ke lapangan untuk mengikuti pencarian pelaku atau tindakan yang lebih terpuji, mendampingi keluarga yang pasti sedang terluka dalam. Jika tidak, doakan lah yang baik-baik.

Tapi sialnya jawaban orang-orang seperti ini bisa membuat habis kata. Bukannya berpikir sejenak atau merenung karena telah diperingati, malah mendebat, "Beginilah caraku mendukung karena tak bisa langsung turun ke sana."

Yang menarik untuk diperbincangkan terkait kasus ini, apakah kejahatan seseorang itu mewakili suku, agama, dan rasnya? Sebab di beberapa media sosial, ini yang menguak ke permukaan -- sesuatu yang sebenarnya adalah tindakan provokatif. Come on guys, kalian malah mengkotakkan-kotakkan negara ini. Sementara dulu para pejuang sudah mempersatukan kita. Semua ajaran, suku dan ras memiliki ajaran masing-masing yang pastinya adalah kearah yang positif.

Jadi zaman sekarang ini, saling menghargai tak cukuplah hanya tidak mengganggu. Tapi terlebih saling membantu. Membantu menyadarkan yang lain untuk saling menghargai sesama yang sedang berduka. Membantu meluruskan, mengingatkan yang lain sebelum jatuh ke kotak-kotak hitam yang sudah dibuat sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline