Lihat ke Halaman Asli

Elesia

I'm a writer

Bila Andi Arief Tak Sendiri

Diperbarui: 5 Maret 2019   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: kompas.com

Dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas Andi Arief secara pribadi. Apalagi menjelek-jelekkan beliau atau menertawakan. Sudah cukup banyak orang yang melakukan itu. Tulisan ini akan membahas negara kita yang tercinta ini kalau bapak-ibu yang di atas adalah pecandu. Apa kira-kira yang akan terjadi?

Mungkin akan banyak pernyataan-pernyataan yang kontroversial yang bisa berpotensi membuat kerusuhan di perut Ibu Pertiwi kita ini. Analisa-analisa yang ngawur, dan manuver-manuver yang membahayakan. Kenapa? Karena bagi pecandu, hal yang terpenting bagi dirinya adalah memuaskan diri sendiri. Dan malapetakalah bila disaat ingin tapi tak ada barang. Maka, demi memenuhi itu pastilah segala cara dihalalkan.

Inilah kemungkinan yang terjadi bila para elit politik adalah seorang pecandu. Demi memenuhi keinginan pribadi, apapun dilakukan. Demi menjadi penguasa, rakyat pun dikorbankan.

Coba kita bayangkan, jika yang bertarung memperebutkan pengelola negara adalah mereka-mereka yang terjerat narkoba. Mereka-mereka yang ketergantung. Mau kemana negeri ini?

Kejadian yang menimpa petinggi partai Demokrat ini menjadi peringatan bagi kita semua, dan tugas kita mengingatkan para petinggi partai politik yang masih waras.

Sebab tidak tertutup kemungkinan bila partai-partai lain diisi orang-orang pecandu. Oleh sebab itu, momentum ini harus digunakan sebagai waktu untuk bersih-bersih.

Tindak-tanduk mereka sedikit-banyak menentukan nasib negara ini ke depannya. Tidakkah berlebihan mengatakan demikian? Tidak. Meskipun secara langsung setiap orang tidak terlibat dengan politik, tetapi keputusan politik merembes kemana-mana. Mulai dari pengusaha, petani, nelayan, guru, dan semua profesi lainnya. Bahkan pemusik sekali pun. Ingat RUU Permusikan yang sempat membuat heboh?

Dan bayangkan jika anggota dewan kita diisi oleh para pecandu. Bisa saja ada RUU pertanian, perbukuan, atau per-per gak jelas lainnya.

Kebetulan kita akan pemilu. Inilah saat yang baik bagi kita untuk menentukan siapa yang berkuasa. Syarat partai masuk parlemen sudah semakin ketat, maka saatnya kita (masyarakat biasa) menentukan partai apa saja yang punya suara. Jangan asal pilih!

Gak ada ruginya kita meluangkan waktu lima sampai sepuluh menit untuk mencari tahu rekam jejak caleg yang akan kita pilih. Bagaimana kinerjanya sebelum menjadi caleg, pandangan-pandangannya terhadap isu-isu di masyarakat, cara dia memperlakukan orang-orang sekitar, dan partai yang mengusung dia.

Hal-hal semacam ini harus kita perhitungkan. Atau kalau dia memang tokoh di suatu daerah, tetapi yang mengusung partai yang gak jelas, masyarakat bisa membentuk kelompok untuk menanyakan komitmennya: ikut suara partai atau melayani kepentingan rakyat daerah pemilihannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline