Lihat ke Halaman Asli

Galaunya Caleg Gagal ke Senayan

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sakitnya itu di sini, sambil nunjuk di dada. Setelah 2-3 hari ini terpaksa hanya sebagai penonton, mata disuguhi parade senyum penuh bangga di gedung rakyat, wangi parfum mahal memenuhi ruangan, jas dan kostum mirip kondangan menambah warna, semarak menyilaukan mata. Di parkiran, tengoklah tidak ada mobil yang murahan. Inilah pertunjukan kesuksesan, panggung eksistensi diri akan mencari nilai sebagai manusia. Seremonial yang wajib dirayakan, yang butuh dana 16 milyar.

Aku iri pada mereka, aku tidak ikhlas dikalahkan mereka. Aku merasa lebih layak menjadi wakil rakyat yang terpilih, suaraku lebih keras dan merdu. Aku lebih paham keinginan rakyat, tahu hak-hak DPR hapal di luar kepala. Wajar aku ngiler tiap bulan rekeningku bertambah angkanya, undangan menumpuk di meja kerja dengan tulisan yang membuat hati besar. Prestasi maksimal sebagai manusia, disegani dan dihormati orang-orang. Amanah rakyat, itu mah nomor sekian. Jabatan adalah prestise, bukan beban. Jabatan patut disyukuri penuh pesta riang, jangan ditangisi dan direnungi.

Ah, syukurlah aku masih waras. Tidak perlu menggadaikan SK. Mujur tidak terpilih menjadi anggota dewan yang terhormat. Anak-anakku selamat dari makan uang yang menjadi bahan gunjingan semua orang, setiap waktu, di manapun dan kapanpun. Diolok-olok oleh yang diwakili sendiri dari Sabang sampai Merauke.

Mungkin bagi para anggota DPR di sana, dibenaknya terukir kata-kata ini: masalah buat loe, emang gue pikirin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline