[caption id="" align="alignnone" width="553" caption="Stasiun Mayong yang Sudah Berubah Fungsi/kemdikbud.files.wordpress.com/"][/caption]
Menteri Perhubungan IgnasiusJonan ingin sekali membuat pulau-pulau di Indonesia terkoneksi melalui kereta api 5 tahun ke depan, PT KAI Daops VI Yogyakarta mewacanakan untuk membuka kembali jalur Yogyakarta – Magelang. Stasiun Mayong, Kudus, Demak hidup kembali?
Transportasi massal, khususnya transportasi darat yang aman dan nyaman harus segera diwujudkan. Bukan di Jakarta saja, tapi seluruh Indonesia. Volume kendaraan pribadi membludak tak terbendung. Sulit diikuti, mustahil diimbangi dengan pertambahan panjang dan lebar jalan aspal. Macet tambah parah dimana-mana, membuat tidak produktif, stress dan pemborosan. Issu BBM yang terus saja muncul, harga rajin naik jarang turun. Angka kecelakaan juga tinggi, jalanan seolah menjadi killing field, ladang pembantaian, mengerikan dan menakutkan.
Beragam masalah transportasi darat seperti benang kusut, yang semakin hari bertambah rumit. Diperlukan langkah kerja yang keras, cerdas dan tuntas. Salah satunya adalah tersedianya transportasi massal yang terjangkau, aman dan nyaman. Jakarta dan beberapa kota besar sudah merintis adanya bustrans, yang lumayan nyaman dan aman. Kereta api dalam kota Jakarta, dan kereta api antar kota besar di Jawa sudah menggeliat bersolek, mulai berusaha melayani dengan hati para penumpangnya. Daerah lain, kota kabupaten dan desa menunggu dan iri ingin juga akan tersedianya transportasi massal yang aman dan nyaman.
Jalanan kota kabupaten dan desa sekarang setiap hari seperti masa kampanye, iring-iringan motor roda dua begitu padat, memenuhijalan, berisik, polusi udara dan suara. Menyulitkan penyeberang jalan, menunggu jeda sepi jalan dari lalu lalang kendaraan bermotor sangat lama. Roda dua menjadi pilihan paling mungkin untuk beraktifitas bagi semua golongan, kredit murah dan ketika mau bepergian dan mau naik kendaran umum sangat lama menunggunya, waktunya tidak pasti dan jauh dari kata aman dan nyaman.
Berkhayal, di kota kabupaten ada transportasi massal kereta api. Kereta api menjadi opsi yang begitu menyenangkan. Dan ini sebenarnya bisa diwujudkan, walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus serius dan konsisten. Karena ternyata dalam catatan sejarahnya jalur atau rel kereta api, misalnya di Jawa Tengah saja sudah ada sejak dulu. Tinggal kemauan dari pemerintah dan didukung penuh oleh masyarakat.
Jejak stasiun dan rel kereta di Demak, Kudus, Mayong Jepara sampai sekarang masih ada. Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Semarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS) yang membuka jalur Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana (sekarang Juwana). Setelah itu, pada 5 Mei 1895 perusahaan tersebut menambah jalurnya ke timur yakni membuka jalur Kudus-Mayong-Pecangaan. 1 Mei 1900, menambah jalur kereta api ke barat hingga mencapai Rembang dan Lasem. Pada tahun itu juga, 10 November SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute Mayong-Welahan.
Stasiun Mayong Jepara dalam salah satu tulisan RA. Kartini sudah disinggung, merupakan salah satu stasiun tertua di Jawa. Yang unik dari bangunan stasiun itu adalah keseluruhannya terbuat dari kayu jati. Ironis, kini bangunan stasiun itu sudah dipindahkan oleh investor akhir tahun 1990-an. Bangunan Stasiun Mayong sekarang ditempatkan di Hotel MesaStila, Magelang. Berubah fungsi menjadi lobi hotel dan resepsionis. Masih beruntung tidak menjadi kayu bakar.
Bangunan Stasiun Demak juga masih berdiri, stasiun ini dulu merupakan stasiun besar yang melayani kereta api lokal percabangan antarkota. Dari stasiun Demak bila ke timur menuju Kudus, ke barat menuju ke Semarang, dan ke selatan menuju Purwodadi. Akan tetapi jalur dan stasiun ini ditutup pada dekade 1970an karena saat itu jalan dilebar, mobil pun makin banyak. Stasiun Demak saat ini difungsikan sebagai kafe/rumah makan.
Stasiun Kudus mati sejak tahun 1980, penumpang turun drastis karena pelebaran jalan dan makin banyaknya kendaraan pribadi. Akhirnya stasiun ini d non-aktifkan. Saat ini Stasiun Kudus berubah fungsi menjadi pasar tradisional Wergu. Ketika kereta masih beroperasi, stasiun Kudus merupakan stasiun percabangan. Kalau ke timur menuju Pati, ke barat menuju Demak, dan ke utara menuju Mayong.
Melihat dan membaca sejarah kereta api di Jalur Pantura, khususnya Jawa Tengah sudah begitu jelas akan vitalnya transportasi massal dalam bentuk kereta api sejak lama. Keberadaan kereta api menjadi alat yang sangat membantu menghubungkan antar daerah, menunjang aktifitas dan lalu lintas dalam banyak bidang, khusunya distribusi ekonomi. Kereta api sudah sepantasnya dihidupkan lagi, direaktivitasi lagi sebagai salah satu solusi menjawab kebutuhan masyarakat akan tersediannya transportasi massal yang aman dan nyaman. Dan hal itu tidak mustahil untuk diwujudkan.
Pemerintah sekarang, dalam APBN-P2015 anggaran infrastruktur, kereta api ternyata menjadi anggaran yang paling besar, angkanya hampir mencapai Rp 20 triliun. Di bawah komando Menhub Jonan, yang telah berhasil memoles PT. KAI, pemerintah punya cita-cita besar akan membuat pulau-pulau di Indonesia terkoneksi melalui kereta api 5 tahun ke depan. Kereta api bukan monopoli di pulau jawa saja, Jonan merencanakan membangun kereta api Sumatera, kemudian Kalimantan, Pontianak dan Balikpapan. Sulawesi, Manado, sampai Makassar. Papua, Sorong, sampai Manokwari yang pertama dibangun, beriringan dengan keputusannya membatalkan megaproyek kereta api supercepat Jakarta-Surabaya. Asas pemerataan dan keadilan pembangunan sebagai alasan.
PT KAI Daops IV Yogyakarta juga sudah mewacanakan untuk membuka kembali jalur (reaktivitasi) Yogyakarta – Magelang. Pemerintah menargetkan rencana menghidupkan kembali jalur lama kereta api Semarang-Yogyakarta tahap pertama, yakni Tuntang-Kedungjati rampung pada tahun 2015.
Keinginan menghidupkan kembali jalu-jalur kereta api yang sudah lama mati memang tidak mudah, tidak juga murah. Selain banyaknya stasiun yang sudah rusak dan beralih fungsi, juga jalur-jalur relnya hamper 70% tertimbun tanah dan aspal. Lahannya juga berubah menjadi pemukiman penduduk, pertokoaan dan lain-lain. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang matang, biaya yang mahal dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan segera menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api (KA) yang terlantar sejak puluhan tahun silam di wilayah Jateng.
Setidaknya saat ini ada sebanyak 11 jalur KA sepanjang 646 kilometer di Jateng non aktif dan berpotensi diaktifkan kembali untuk menunjang lalu lintas barang dan penumpang seiring besarnya pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Keniscayaan, model transportasi kereta api antar kota antar daerah akan jadi opsi tepat ditengah padatnya jalur lalu lintas darat, impian adanya traansportasi massal yang aman dan nyaman akan terwujud. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H