Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Wanita yang Melanggengkan Duka

Diperbarui: 25 Maret 2024   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dok. Aman.indonesia 

Seorang wanita menyeruak dari kerumunan massa di depan gerbang Istana Presiden itu. Tubuhnya kurus dengan rambut sebahu yang telah memutih. Matanya nanar menatap jauh ke bangunan istana puluhan meter di depannya.

"Adili penjahat HAM," jerit wanita itu dengan suara serak.  "Hukum mati!"

Lantas, puluhan pemuda di sekitarnya dengan jaket almamater  sebuah universitas menyambut dan mengulang perkataannya seperti gema bergema, lebih lantang disertai caci maki kepada presiden. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Turunkan presiden".

"Turunkan presiden," teriak mereka. "Gulingkan presiden!"

Mereka mulai membakar ban bekas yang sengaja dibawa. Asam hitam dan bau mengepul dari karet tebal yang terbakar tersebut. Mereka tambah bersemangat dan mengeraskan volume toa agar tambah berisik.

Matahari bersinar garang di tengah hari itu. Si wanita berambut putih berkali-kali menyeka keringat dengan saputangan kumal dari dalam tas selempangnya. Tetapi ia tetap bergeming dari tempatnya berdiri. Sedangkan pemuda-pemuda itu seolah tak peduli dengan panasnya cuaca. Mereka  berteriak-teriak memekakkan telinga. 

Polisi terlihat sibuk, berusaha menertibkan demonstrasi  agar tidak mengganggu lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan. Beberapa orang wartawan hanya sesekali memotret dengan wajah jemu. Sebagian di antaranya justru langsung pergi dari tempat itu mencari berita lain yang lebih menarik. 

Banyak mobil yang terpaksa menepi dan bergerak tersendat-sendat karena terhalang para pemuda yang dengan sengaja berjingkrak-jingkrak ke tengah jalan. Meskipun polisi telah berulang kali memberi peringatan, mereka membangkang dan melanjutkan aksinya.

Mereka tambah beringas, melompat ke atas mobil yang disewa sembari berorasi menuntut penggulingan presiden. Sahut menyahut dengan jeritan si wanita kurus yang sudah nyaris kehilangan suaranya. 

Namun ada sosok yang memperhatikan kejadian itu dari balik sebuah pohon. Seorang wanita yang juga sudah tidak muda lagi, mengenakan jilbab sportif dengan pakaian kasual. Ia menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan ulah para demonstran. Setelah itu ia beranjak pergi dengan langkah tak bersuara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline