Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Gandrung Kopi Legendaris Bogor Bah Sipit

Diperbarui: 29 Juli 2023   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya di depan toko Kopi Bah Sipit (dok.pri)

Tahu tidak kalau ada toko kopi tertua di Bogor. Para pecinta kopi menyebutnya sebagai kopi legendaris. Sulit menolak kenikmatan kopi Bah Sipit cap Kacamata ini. Walaupun tempatnya terkesan jadul, toh pelanggan setia tetap saja mengalir ke sini.

Saya ke sini berkat kolaborasi KPK dan Vlomaya. Mereka menggelandang 15 orang kompasianer ke rumah produksi Bah Sipit untuk bertemu dengan sang owner, Nancy Wahyuni yang merupakan generasi ketiga dari Bah Sipit.

Kami berdiskusi di rumah yang letaknya ada di belakang Toko. Untuk ke sana, harus melalui gang kemudian masuk lewat pintu samping. Di situ ada taman kecil yang cukup untuk kami berbincang-bincang. 

Bertindak sebagai moderator adalah Kang Bugi, ketua Komunitas Vlomaya. Sebetulnya sih kami ngobrol secara santai tapi serius. Perhatikan terpecah antara uraian Nancy dengan sajian kopi. Apalagi diselingi ambil dokumentasi. 

Tokoh yang disebut Bah Sipit adalah kakek dari Nancy Wahyuni. Nama asli beliau adalah Yoe Hong Keng. Pemuda keturunan Tionghoa ini merintis bisnis pengolahan kopi dengan merek Kopi Bubuk Bah Sipit cap Kacamata di daerah Empang pada tahun 1925. Yup, saat itu bangsa kita di bawah penjajahan Belanda. 

Wilayah itu didominasi oleh warga keturunan Arab. Kacamata yang dikenakan Bah Sipit menjadi simbol karena julukan warga setempat. Hal ini menggambarkan toleransi yang tinggi dimana mereka saling menghargai meskipun berbeda etnis, sebagaimana yang diceritakan Nancy Wahyuni.

Saya teringat ada satu ulama keturunan Arab yang sangat terkenal dengan sebutan Habib Empang. Beliau memiliki jamaah di wilayah itu. Tapi pengaruhnya hingga seluruh Jabodetabek.

Eksistensi Kopi Bah Sipit bukan tanpa tantangan. Pada perkembangannya, keturunan Bah Sipit memilih bisnis atau karir yang berbeda. Usaha ini nyaris terancam ditutup. Apalagi Nancy semula tidak merasa bahwa bisnis kopi adalah passion-nya. Ia tidak bisa membayangkan akan menjaga toko kopi seharian, pasti sangat membosankan. 

Nancy Wahyuni (dok.pri)

Namun ada kesadaran bahwa usaha peninggalan ini harus dilestarikan. Dengan dukungan suami, Nancy mulai menekuni perkopian. Bahkan kakak-kakaknya juga menyerahkan warisan bisnis ini ke tangan Nancy. Mereka merasa tak sanggup menangani karena memiliki urusan masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline