Dua minggu jelang putaran kedua pemilu Turkiye dimanfaatkan Erdogan dengan baik. Dia menggalang dukungan dari semua elemen, termasuk salah satu kandidat dari Aliansi Ata yaitu Sinan Ogan. Kemarin, Ogan menyatakan dukungan kepada incumben Presiden Erdogan.
Ini berarti, Ogan menyerahkan suara yang dikumpulkannya kepada Erdogan. Pada putaran pertama, Sinan Ogan mendapatkan suara 5, 17 %. Jumlah yang sangat menentukan, jelas bandul akan bergerak ke arah Erdogan. Katakanlah jika pemilih Ogan ikut mendukung Erdogan sebesar 5%. Maka Erdogan akan mendapatkan suara sekitar 54%. Jumlah yang sudah sangat melebihi dari yang diperlukan untuk memenangkan pemilu .
Di atas kertas, laju Erdogan sudah tak terbendung dengan bergabungnya Ogan. Pesaingnya, Kemal Kilicdaroglu akan terengah-engah untuk mengejar ketertinggalannya. Secara logika, dia akan kalah telak. Impian Kilicdaroglu agar kaum sekuler kembali berjaya menguasai Turkiye, pupus sudah.
Menurut lembaga konsultan Eurasia, potensi kemenangan Erdogan sekitar 80%. Sulit untuk membalikkan keadaan. Bagaimana pun, Erdogan masih mendapatkan dukungan rakyat jelata. Meskipun berbagai isu ekonomi telah dihembuskan oleh kubu Kilicdaroglu.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Pertama karena rakyat Turkiye lebih cerdas. Mereka tidak mau jika ada indikasi campur tangan negara lain (blok Barat) pada Turkiye. Sesusah-susahnya rakyat Turkiye, masih lebih suka bebas, tidak menjadi boneka negara-negara Barat, apalagi sampai dikuasai dan dijajah.
Sebenarnya, suku Kurdi yang berdiam di Turkiye, lebih banyak yang mendukung Erdogan daripada mengikuti provokasi Barat untuk mendirikan negara baru. Kelompok teroris PKK hanya menghambat kemajuan ekonomi. Tidak ada jaminan masa depan yang lebih baik bersama kelompok teroris.
Kedua, masyarakat Turkiye lebih mendambakan kembalinya kejayaan Islam di bawah kerajaan Ottoman daripada kembalinya kekuasaan Sekuler. Sekulerisme justru mengekang kebebasan berekpresi, memaksa kaum dan menindas kaum muslim.
Ketiga, fakta menunjukkan bahwa di bawah pemerintahan Erdogan, Turkiye menjadi negara yang cukup disegani di dunia. Turkiye menjadi negara kuat yang sanggup menjaga keseimbangan politik internasional. Negara-negara adidaya harus putar otak untuk menakutkan Turkiye, dan sejauh ini belum berhasil.
Memang jika Erdogan meraih kemenangan pada putaran kedua, bukan berarti sekularisme mereda. Kaum sekuler bisa saja menggerogoti jalannya pemerintahan dengan segala cara. Semakin banyak generasi muda yang atheis harus diwaspadai karena hal ini akan menyuburkan sekulerisme.
Kubu Kemal Kilicdaroglu harus menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk mengalahkan Erdogan. Dan pada saat itu entah apa yang akan terjadi, karena perkembangan dunia juga sangat fluktuatif. Selain itu, sekarang usia Kilicdaroglu sudah 74 tahun. Dia mungkin tidak bertahan dan butuh regenerasi.