Saya belum pernah menemukan sebuah novel atau cerita yang begitu apik memadukan kepercayaan orang Tionghoa dengan orang Jawa seperti dalam novel Berdansa Dengan Kematian ini. Sebuah novel unik dan menarik yang akan membuat anda membaca tanpa henti.
Kekuatan dalam novel ini, pertama adalah balutan misteri yang sangat disukai masyarakat Indonesia. Biasanya, kisah misteri didominasi masyarakat suku Jawa. Namun kali ini, dikolaborasikan dengan misteri yang berasal dari keturunan Tionghoa. Kisah misteri yang menimbulkan rasa penasaran.
Kedua, peristiwa-peristiwa yang disajikan menyiratkan ketinggian imajinasi dari penulisnya, yaitu Acek Rudi atau lebih dikenal sebagai kompasianer Rudy Gunawan, numerolog nomor satu di Indonesia. Tidak heran jika mencerna novel ini juga harus mengerahkan intelegensi pembacanya.
Ketiga, novel ini cukup mendalam karena melibatkan dunia yang digeluti sang penulis, yaitu dunia tulis menulis. Tentu saja sebagai kompasianer, Acek Rudy sangat menghayati dunia kepenulisan.
Selain itu, ia berhasil "menggeret" teman-teman kompasianer ke dalam cerita, melebur dengan manisnya. Jangan kaget jika menemukan nama Mbah Ukik, Lintang Ayu, Felix Sitorus, Tjiptadinata, Tomi dll. Mereka memiliki peran yang tidak sedikit.
Kisah singkat
Kisah dimulai dari keberadaan seorang gadis kecil bernama Arundaya Gayatri. Ayahnya seorang keturunan Tionghoa, sedangkan ibunya pribumi dari suku Jawa. Dia lahir dikaruniai kemampuan metafisika. Sayangnya kemampuan ini adalah batas tipis antara anugerah dan musibah. Orang-orang menganggapnya sebagai kutukan.
Arun sendiri nyaris mempercayai bahwa dirinya adalah sebuah kutukan. Bagaimana tidak, ayah ibunya meninggal dengan cara yang tidak wajar. Kemudian disusul dengan orang-orang terdekatnya. Bahkan satu desa mendapat bencana banjir yang menyapu bersih penduduk.
Hal ini disebabkan ia dikelilingi oleh makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Ada makhluk yang membawa kejahatan, ada pula makhluk yang menganjurkan kebaikan. Mereka sama-sama berusaha menyesakkan kekuatan ke dalam kehidupan Arun.
Teror kembali menghantui Arun ketika dia beranjak dewasa, usia tujuh belas tahun. Dia yang semula hidup damai dengan orang tua angkat, terkena teror makhluk-makhluk yang ingin menguasainya.