Banyak yang berasumsi bahwa desa wisata terletak di pedesaan yang ada di pelosok daerah. Padahal desa wisata juga bisa berlokasi di tengah kota. Sebagai contoh adalah Pulo Geulis, desa wisata salah satu andalan kota Bogor.
Saya sendiri tak menyangka hal itu. Ternyata desa wisata ini sering saya lewati jika dari arah tugu Kujang ke stasiun Bogor. Desa ini "terselip" di tengah sungai Ciliwung. Untuk menuju ke sana, ada angkot kok. Jadi tidak sulit mencarinya. Cukup pesan ke supir angkot, minta diturunkan di jembatan Pulo Geulis.
Setelah turun dari angkot, ada gang menurun yang lanjut ke jembatan gantung. Ini adalah akses ke Pulo Geulis karena melewati aliran sungai Ciliwung. Sebetulnya dari atas, kalau menggunakan drone, Pulo Geulis adalah sebuah pulau berbentuk perahu.
Dinamakan geulis karena konon dahulu ada seorang gadis yang cantik. Tapi bisa pula diartikan sebagai pulau yang indah. Pulo Geulis ditemukan oleh seorang Belanda bernama Abraham yang keturunannya masih ada hingga kini. Namun sesungguhnya pulau ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajajaran. Ada bukti prasasti di dalam kelenteng di Pulo Geulis.
Kalau mau ke Kelenteng Pan Kho Bio harus menyusuri gang berkelok-kelok . Kelenteng ini tidak besar, tapi cukuplah untuk peribadatan. Kelenteng ini juga lambang persatuan. Di dalamnya, bagian belakang ada mushola bagi kaum muslim yang berkunjung.
Sebagaimana kelenteng lainnya, ada barongsai yang menyemarakkan peringatan Imlek dan cap go meh. Barongsai ini dimandikan atau dibersihkan di sungai Ciliwung.
Kaum keturunan Tionghoa dan penduduk Sunda berbaur dan menyatu dalam keseharian. Mereka saling bantu membantu, bergotong royong demi kemajuan desa. Pada perayaan Imlek dan Cap go meh, masyarakat sekitar membuat makanan dan kerajinan yang dapat dijual kepada para pengunjung.