Setelah kasus penembakan jurnalis Al-Jazeera, Shireen Abu Akleh mencuat, barulah ada reaksi dari PBB dan Amerika Serikat. PBB mengeluarkan pernyataan mengutuk tragedi tersebut dan memerintahkan penyelidikan secara intensif. Sedangkan pemerintah Amerika Serikat melalui juru bicaranya, Ned Price, menyatakan keprihatinannya dan akan mengusut peristiwa tersebut.
Namun satu hal yang patut dicermati, media-media Barat memang memberitakan peristiwa penembakan terhadap jurnalis Al-Jazeera Shireen Abu Akleh, tetapi tak satupun yang menyalahkan pasukan Israel sebagai pelakunya. Padahal bukti-bukti dan saksi kuat memperlihatkan kenyataan tersebut. Media-media Barat, seakan telah menyepakati untuk menutupi kejadian yang sebenarnya.
Maka dapat diduga, kasus penembakan jurnalis Al-Jazeera Shireen Abu Akleh bakal menguap begitu saja, atau menjadi benang kusut yang tidak bisa terurai. Tidak ada yang bisa menjamin netralitas pers yang telah dikuasai oleh kepentingan politik negara adidaya.
Mungkin kita masih ingat tentang pembunuhan sadis yang terjadi di Istanbul terhadap wartawan New York Times, Jamal Khashoggi. Meski dia bekerja untuk media di Amerika Serikat, kasusnya belum selesai sampai sekarang. Padahal sudah ada penguatan bukti dari penyelidik PBB.
Jamal Khashoggi bukan wartawan Palestina, tapi dia juga tidak mendapat keadilan. Apalagi Shireen Abu Akleh yang notabene merupakan jurnalis Palestina, dan bekerja penuh dedikasi untuk Al-Jazeera.
Jurnalis Palestina, memberikan laporan nyata tentang kekejaman tentara Israel di wilayah pendudukan. Para jurnalis ini, tidak berasal dari suku dan agama tertentu. Shireen Abu Akleh justru beragama Nasrani, dia membela rakyat Palestina yang tertindas dengan memberikan laporan fakta kekejaman tentara Israel.
Dapat diduga, pemerintah Israel berkolaborasi dengan Amerika Serikat dan sekutunya untuk membungkam kebenaran. Bahkan mereka tidak segan memutarbalikkan fakta. Tidak heran jika kelak pejuang Palestina akan menjadi kambing hitam, dituduh melakukan penembakan tersebut. Dan semakin gencar lah tentara Israel menyerbu Palestina dengan dalih mencari penembak Shireen Abu Akleh.
Perlu diketahui, dalam sejarah konflik Israel-Palestina, sejak tahun 1967, telah 144 jurnalis menjadi korban kekejaman tentara Israel. 86 di antaranya adalah jurnalis Palestina (50 terbunuh setelah tahun 2000). Selain itu, tercatat James Miller (34 tahun), pemenang Emmy Award Inggris dan fotografer Yaser Murtaza (32 tahun) serta Raffaelle Cirielo, jurnalis Italia yang dibunuh oleh tentara Israel.
Bagi Israel, tidak ada salahnya membunuh jurnalis meski melanggar hukum internasional. Mereka menganggap jurnalis berbahaya karena menyuarakan kebenaran. Kepentingan Israel harus dilindungi dan berjalan sesuai rencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H