Thanos cemberut sepanjang hari. Untung planet yang ditempatinya gelap gulita, tak ada cahaya. Sehingga wajahnya yang buruk dan menyeramkan tidak terlihat oleh siapapun. Lagipula tak ada satupun dari The Avengers yang mengetahui tempat tersebut.
Planet itu dekat dengan bumi, kembaran dari bulan yang belum diketahui manusia. Planet gersang dan tidak menarik. Hanya Thanos yang sanggup hidup di sana.
Kerja Thanos sepanjang hari adalah menonton apa yang terjadi di bumi. Ia memperhatikan kelompok-kelompok manusia dengan segala tingkahnya. Dan Thanos semakin muak.
"Dasar manusia tidak tahu diri. Diberi tempat yang enak malah dirusak. Alam yang hijau dibabat. Mereka saling berkelahi, membunuh satu sama lain," gerutu Thanos.
Thanos tak habis pikir mengapa Tuhan menciptakan manusia yang tidak pandai bersyukur. Mereka lebih banyak mengeluh tanpa berbuat apapun untuk memperbaiki keadaan.
Dia melihat hanya sedikit kelompok yang baik, menjaga bumi dan mengasihi sesama. Sebagian besar justru manusia-manusia yang tidak punya akhlak. Demi ego mereka, menghalalkan segala cara.
"Manusia-manusia brengsek itu tak pantas dibiarkan hidup di dunia. Lebih baik mereka dibinasakan," pikir Thanos.
Lantas dia pun merancang suatu ide agar populasi manusia dikurangi. Thanos yakin penduduk bumi cukup seperempat dari jumlah sekarang, agar bumi kembali pulih seperti zaman dahulu.
"Kalau bumi sudah indah dan tenang, aku juga bisa tinggal di sana," gumam Thanos.
Tapi Thanos tahu tak boleh ada yang mencium rencananya. Tidak juga manusia-manusia super dan peranakan dewa yang tergabung dalam the Avengers. Ia menilai, mereka gagal menjaga bumi dari keserakahan manusia lainnya.