Dalam ada dan tiada, engkau datang berkelebat. Menatap sedingin gunung es, begitu pekat. Tanpa sepatah kata, tanpa suara. Hanya menunjukkan sebuah catatan yang tak terbaca.
"Wahai Izrail, adakah engkau datang menjemput aku? Apakah engkau menerima perintah Tuhanku? Berilah aku tambahan waktu. Karena aku belum siap pergi bersamamu".
Tetiba sebuah layar terbentang di hadapan. Berisi semua adegan dan kesalahan. Oh, ternyata dosa-dosa ku tak terhitung banyaknya. Menumpuk di sepanjang usia.
Air mata berlinang menjadi muara. Penyesalan seakan tiada guna. Mengapa aku terlena dengan bujukan setan. Padahal Rasulullah telah lama mengajarkan.
"Duhai Izrail, sampaikan pada Dia, aku ingin perpanjangan masa. Untuk membayar hutang dan membalas jasa. Pada orang-orang yang memandang aku dengan cinta. Meski aku pernah menyakiti mereka".
Dan, dengan terbata-bata aku membaca Asmaul Husna. Mengharapkan kasih sayang Nya. Pada seorang hamba yang hina. Tidak sepenuh hati mengabdi kepada Dia.
Dan sosok itu tersenyum beku. Menghilang lenyap di balik malam yang bisu. Meninggalkan aku dalam serbuan pilu. Aku tak tahu, mungkin ini sujud terakhir ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H