Dari pengalaman beberapa teman yang nyaris direkrut sebagai teroris, kita bisa menarik beberapa kesimpulan. Hal ini kita jadikan pelajaran agar tetap waspada. Selain buka mata dan telinga, juga buka hati dan pikiran.
Kita harus membiasakan diri untuk berpikir, menggunakan logika ketika menerima sesuatu. Sangat penting untuk mencerna informasi yang masuk, cek dan ricek kebenarannya. Jangan mudah menelan apa yang disodorkan oleh orang lain. Kita juga harus melindungi keluarga dengan menerapkan kebiasaan ini.
Sebetulnya, kalau ditelaah secara jernih, menggunakan otak pemberian Allah SWT, maka kita bisa mengetahui sesatnya ajaran teroris yang seringkali membawa nama agama Islam. Karena ajaran teroris justru bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Ada beberapa kejanggalan dari ajaran teroris yang seharusnya bisa langsung ditolak dengan pikiran sehat. Berikut ini lima kejanggalan utama dari mereka:
1. Pengajian eksklusif. Seseorang akan ditugaskan untuk "mepet" mendekati kita secara intensif. Dia berusaha membujuk agar kita mengikuti suatu pengajian, dan tempat pelaksanaannya bukan di masjid atau tempat ibadah umum.
Rerata pengajian tersebut dilakukan di tempat yang sepi dari keramaian. Misalnya di sebuah rumah yang jauh dari tetangga, bahkan juga sampai keluar kota. Kalau hal ini terjadi, kita wajib curiga, ngapain pengajian harus ngumpet di tempat terpencil.
Peserta pengajian sangat terbatas, tidak ada yang dikenal. Ustadz yang mengajar juga terasa asing, tetapi pandai berbicara dan ramah. Sedangkan penampilan lebih kearab-araban, dengan jenggot panjang.
Padahal syiar Islam tidak perlu disembunyikan, kecuali kita berada di zaman jahiliah. Apalagi di Indonesia ini mayoritas penduduk sudah beragama Islam, tidak masuk akal sama sekali pengajian eksklusif jika tidak memiliki tujuan tertentu.
2. Baiat. Kita akan dibujuk untuk mengikuti baiat. Dengan baiat ini kita harus patuh kepada pemimpin besar yang ada di luar negeri. Padahal kita sudah memiliki pemimpin di dalam negeri.
Dalam ajaran Islam yang benar, kita diwajibkan mengikuti Ulil Amri, dalam hal ini adalah pemerintah. Kita hidup di negara Indonesia, maka yang diikuti adalah pemimpin di negeri ini, bukan yang ada di negeri antah berantah.
3. Disuruh mengucapkan dua kalimat syahadat. Ini sebenarnya menggelikan karena sedikitnya lima kali sehari kita selalu membaca dua kalimat syahadat dalam salat. Malah dalam berbagai doa, dua kalimat syahadat selalu diikutsertakan.