Selembar masa lalu kau panggul di batas senja, entah sampai berapa lama. Sementara malam telah menunggu, gelap tanpa mimpi. Padahal aku tak pernah yakin cerita kita ada di antaranya. Seperti yang sudah-sudah, aku berniat pergi dan enggan untuk kembali.
Sekiranya burung-burung camar itu tidak menjeritkan setumpuk kenangan. Mungkin aku bisa terlupa pada bayanganmu di masa silam. Kau torehkan seleret jingga pada angan-angan. Meski tahu semua itu akan hilang dalam kelam.
Ah sudahlah, apa yang bisa aku katakan. Dengan hidup terkurung ilusi. Kau dan aku telah larut dalam bias-bias hujan. Membiarkan diri tersesat oleh imajinasi.
Selembar masa lalu yang engkau pertahankan. Memenjarakan aku di ruang sunyi. Mengoyak harapan demi harapan. Tak sedikitpun menjanjikan rasa yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H