Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Kali Ini Ratu Elizabeth Menjadi Korban Charlie Hebdo

Diperbarui: 17 Maret 2021   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabloid Charlie Hebdo (dok.sabahdaily)

Heboh wawancara Oprah Winfrey dengan Pangeran Harry dan Meghan Markle berdampak pada serangan terhadap kerajaan Inggris. Salah satunya adalah media Perancis yang terkenal dengan karikatur "nyeleneh' yaitu Charlie Hebdo.

Di media itu, dipajang karikatur yang menggambarkan Ratu Elizabeth menekan leher Meghan Markle dengan lututnya. Sindiran yang keterlaluan, karena menyamakan Ratu Elizabeth dengan polisi yang menganiaya George Lyod di Amerika Serikat.

Bukan sekali ini tabloid tersebut menyulut kemarahan masyarakat. Beberapa tahun yang lalu, Charlie Hebdo membuat umat muslim sedunia marah besar karena menghina Rasulullah dengan karikaturnya. Sekarang sang ratu yang menjadi sasaran.

Jelas, karikatur itu dibuat untuk menyindir sikap  rasis yang diceritakan Meghan Markle pada Oprah Winfrey. Tapi itu terlalu jauh, karena keluarga kerajaan tidak pernah menganiaya istri pangeran Harry tersebut. Berbeda dengan polisi yang benar-benar  menekan leher George Lyod.

Mungkin Meghan bergembira dan bersorak karena ada media terkenal yang membela dia. Sedangkan masyarakat Inggris justru tersinggung karena ratu mereka dihina. Apa yang dianggap rasis tidak seperti tindakan rasis yang terjadi di negeri Paman Sam atau negara lainnya.

Secara logika, jika kerajaan Inggris bersikap rasis, tentu sejak awal mereka sudah menolak pangeran Harry menikah dengan perempuan tersebut. Toh ternyata adik pangeran William itu dibiarkan menyunting Meghan Markle dan membawanya ke lingkungan kerajaan.

Apa maksud Charlie Hebdo dengan karikatur kontroversial itu? Ada persamaan dengan si Meghan sendiri, yaitu berusaha tetap eksis dan diperhatikan banyak orang. Zaman sekarang masyarakat telah berpaling ke media digital, sedangkan media cetak semakin ditinggalkan.

Di tengah persaingan tinggi dengan media online ini, Charlie Hebdo mencari jalan untuk kembali melambungkan namanya. Kebetulan ada kasus Meghan Markle yang keluar dari istana dan pulang ke Amerika Serikat. Ini bisa menjadi bahan empuk bagi Charlie Hebdo.

Pihak kerajaan tidak banyak bereaksi. Bahkan Kate Middleton ke fokus pada kegiatan-kegiatan sosial yang menjadi tanggung jawabnya. Mungkin lebih baik mendiamkan saja kasus ini, seperti pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline