Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

2020 Penuh Cobaan, 2021 Penuh Harapan

Diperbarui: 3 Januari 2021   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang keponakan saya meninggal dunia (dok.pri)

Siapa pun tidak menyangka bahwa tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat untuk dijalani. Apa yang telah direncanakan menjadi gagal total. Keadaan bisa berbalik 180 derajat, di luar bayangan kita semua.

Merebaknya virus Corona ke seluruh dunia telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Terutama pada bidang ekonomi, di mana banyak perusahaan yang tutup dan pengangguran merajalela. Ancaman kematian dari dua sisi, Covid 19 atau kelaparan.

Pandemi ini sangat meruntuhkan semangat. Korban-korban yang berjatuhan membuat kita merasa ketakutan. Kita berusaha bertahan hidup dengan segala kemampuan.  Dari segi ekonomi, menguras tabungan dan mencari cara baru untuk mendapatkan uang. Sedangkan dari segi kesehatan, harus menerapkan 3 M dan sedapat mungkin tidak ke luar rumah.

Namun cobaan dari Allah bukan hanya itu  saja. Keluarga saya mengalami cobaan yang beruntun. Di saat kami mengetatkan pinggang, justru harus mengeluarkan uang.

Menjelang bulan suci Ramadan, ipar saya mengalami serangan stroke yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit. Beberapa rumah sakit menolak karena sudah penuh dengan pasien Covid 19. Kemudian kami membawanya ke RSUD Cibinong. Tetapi karena dia tidak memiliki BPJS, terpaksa menjadi pasien umum.

Pengeluaran tentu menjadi berlipat ganda. Bagaimana pun kami harus membantu pembiayaan dia. Baik itu untuk dokter, obat-obatan dan rawat inap. Untunglah kami masih memiliki tabungan yang bisa digunakan.

Bulan Ramadan kali ini penuh dengan keprihatinan. Kami puasa dan berbuka dengan sederhana. Sebelum ada kepastian perekonomian membaik, maka penghematan harus dilakukan agar tetap bisa makan. 

Namun setelah hari raya Idul Fitri, belum ada tanda-tanda pandemi mereda. Bahkan pemerintah pusat dan daerah kembali mengetatkan peraturan agar tidak ada potensi kerumunan yang menyebabkan Covid 19 sulit diberantas.

Tak lama setelah itu, kakak perempuan saya jatuh sakit. Bukan karena virus Corona, melainkan karena kanker. Menurut hasil pemeriksaan dokter, harus menjalani beberapa operasi. 

Sayangnya ada rencana untuk mengadakan perhelatan pernikahan putrinya yang kedua. Operasi pun ditunda demi resepsi pernikahan. Padahal tubuh kakak saya semakin lemah. Sungguh saya tidak mengerti keputusan ini.

Setelah resepsi, kakak saya semakin sakit. Tetapi istri dari anaknya juga menderita sakit. Dalam usia muda ia menderita penyakit jantung, infeksi paru-paru dan penyakit langka yang membuatnya tidak bisa memiliki anak. Selain itu, perutnya membesar seperti hamil padahal isinya air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline