Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Biarawati dari Sumela

Diperbarui: 9 Desember 2020   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biara Sumela (dok.cengiz.istidar)

Akhirnya sampai juga aku di Trabzon, provinsi ini terkenal dengan keindahan lembah, bukit dan gunung. Trabzon termasuk wilayah Laut Hitam, Turki Timur. Untuk menuju ke sini, bisa menggunakan bus dari Istanbul.

Aku telah menyewa penginapan ala backpacker yang berada di kaki bukit. Beruntung wisatawan sedang tak banyak. Hanya ada sepasang kekasih yang aku yakin ingin mengambil foto mesra di puncak bukit, menghadap lembah. Foto seperti ini menjadi favorit para turis mancanegara.

Kabut turun menjelang senja. Aku menikmati udara yang secara perlahan berubah menjadi dingin. Dengan jaket tebal, aku berkeliling melihat pemandangan sekitar. Dari bawah, tampak sebuah biara menempel di tebing. Itulah biara Sumela yang telah berusia berabad-abad. Masih tampak kukuh dan anggun.

"Mau lihat ke atas sana?" Tetiba suara lembut terdengar dari belakang. Seketika aku berbalik.

Seorang biarawati, kira-kira usianya sudah sebaya, tersenyum kepadaku. Pakaiannya khas biarawati, seperti gaun panjang dengan kerudung penutup kepala bergaris putih.

"Maaf, Suster. Saya dengar biara itu tidak boleh didatangi," kataku sambil mengingat-ingat berita bahwa biara itu sedang direnovasi.

"Siapa bilang?. Kami tetap menjalankan ritual ibadah di sana," jawabnya tenang.

Terus terang aku tertarik dan penasaran dengan biara yang seakan tergantung di tebing itu. Apalagi akses ke sana sangat menantang, harus menaiki anak tangga batu yang cukup terjal. 

Biarawati itu seperti menyihir aku untuk mengikutinya. Heran, dalam usia itu langkahnya cepat dan ringan. Aku terengah-engah kehabisan nafas. Duh, ini akibat jarang berolahraga.

Dia tersenyum memperhatikan aku yang kelelahan dari puncak tangga. Lalu masuk melalui pintu besi yang lebar dan berat.  Aku tak mau ketinggalan, memompa tenaga agar bisa menyusulnya.

Di dalam aku memandang takjub. Di bawah tangga ada aula yang cukup luas dengan berbagai hiasan antik. Di depan ada altar megah, patung Yesus Kristus yang juga besar.  Aku mengikuti biarawati tadi turun. Dia berjalan ke tengah aula. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline