Assalamualaikum WW.
Waktu berjalan begitu cepat, saya seperti berpacu dengan angin. Menua bersama bumi, bertambah usia dan mengeriput dan kemudian suatu saat hilang dari peredaran.
Tak terasa sudah 10 tahun saya menjadi bagian dari Kompasiana, blog keroyokan yang juga tumbuh sangat pesat. Tepatnya, terhitung mulai tanggal 1 Mei 2010.
Pada awal masuknya saya di Kompasiana, platform ini boleh dikatakan masih merangkak. Anggota belum terlalu banyak, kang Pepih Nugraha menjadi nakhoda.
Pada saat itu saya juga belum banyak berkiprah, menulis juga suka-suka. Tidak banyak saingan sehingga tulisan pada saat itu bisa mencapai puluhan ribu viewer. Bahkan ada cerpen saya yang dibaca lebih dari 50.000 orang.
Sebagaimana lazimnya kehidupan, ada pasang surut pula di Kompasiana. Platform ini selalu berusaha berbenah untuk menjadi lebih baik lagi. Saya pun demikian, kadang menggebu menulis, tapi pernah juga hilang semangat, apalagi ketika Kompasiana dilanda eror. Ada Ada puluhan artikel saya yang hilang.
Beberapa tahun awal saya di Kompasiana, tidak terlalu produktif karena saya tinggal di luar negeri. Kalau yang mengikuti tulisan tulisan saya, pasti bisa menebak dimana saya pernah berada.
Tidak banyak pula prestasi yang saya raih di Kompasiana. Apalah saya ini cuma sebutir pasir di pantai yang luas. Banyak penulis yang lebih hebat dari saya.
Sebagian penulis lawas seperti saya, pernah berprofesi sebagai wartawan di media massa. Blog adalah sisi lain daripada kreativitas kami.
Ada momen-momen berharga yang tidak terlupakan. Misalnya ketika diundang makan siang oleh Presiden Jokowi pada bulan Desember 2015. Hal ini menimbulkan kecemburuan kompasianer lain yang tidak beruntung. Padahal ini hanya masalah rezeki yang sudah diatur Allah SWT.
Pada tahun lalu, saya hanya menjadi nominator the best spesifik interest di ajang Kompasianival 2019. Namun saya tidak meraih gelar apapun. Tapi komunitas Clickompasiana yang saya kelola berhasil menjadi komunitas terbaik 2019.