Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Mengenal Asma al Assad, "Mawar dari Suriah"

Diperbarui: 16 September 2019   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asma Al Assad (dok.syrian.news)

Mungkin orang Indonesia tak banyak tahu mengenai Asma al Assad. Pada umumnya mereka hanya mengetahui tentang suaminya, Bashar al Assad, Presiden Suriah yang digambarkan sebagai diktator oleh negara-negara Barat. Asma al-Assad hanya dipublikasikan oleh media dalam negeri.

Asma al Assad memiliki kemiripan dengan Putri Diana, membawa kesan kecantikan dan glamour ke negara yang selalu dilanda konflik tersebut. Bahkan ia mendapat julukan "A Rose from the hell". Dia seperti titik embun yang menyegarkan di negeri yang bersimbah darah karena perang terus menerus.

Siapa Asma al Assad? Meski dia lahir dan dibesarkan di London, Inggris, Asma adalah orang Suriah. Kedua orangtuanya berasal dari Suriah, beragama Islam. Asma tumbuh dalam keluarga yang menganut Islam sunni. Ayahnya, Fawaz Akhras adalah seorang kardiolog dan ibunya, Sahar adalah sekretaris pada kedutaan Suriah di Inggris.

Sebelum menikah dengan Bashar al Assad, namanya adalah Asma Akhras. Wanita anggun ini juga menyelesaikan pendidikannya di King's College, London, dan sempat bekerja di bank milik JP. Morgan. Asma menguasai 4 bahasa, Perancis, Inggris, Arab dan Spanyol. Ia berhenti dari pekerjaannya tanpa penjelasan sebelum terdengar kabar menikah dengan presiden baru Suriah.

Mengapa Asma bisa menikah dengan Bashar. Rupanya mereka bertemu dalam acara keluarga ketika Asma berlibur di Suriah bersama kedua orangtuanya. Hubungan mereka tertutup dari paparazi, hanya keluarga yang mengetahui. Mereka lalu menikah pada tahun 2000, ketika Asma berusia 25 dan Bashar 35 tahun.

Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, Hafez al Assad, Zein al Assad dan Karim al Assad. Di tengah kemelut Suriah, dikabarkan Asma menyukai gaya hidup mewah. Media Barat memberitakan bahwa Asma pernah belanja furniture senilai 250 000 Dolar dan juga benda-benda pribadi seperti tas dan sepatu buatan merek ternama.

Namun bagi rakyat Suriah, Media Barat gemar memberitakan segala sesuatu yang buruk tentang Suriah, termasuk First lady mereka. Media Barat menilai bahwa Asma selalu melakukan pencitraan dengan menggunakan jasa konsultan atau PR Marketing, seperti first lady Argentina dahulu.

Menurut rakyat Suriah, Asma adalah seorang ibu yang baik, bukan hanya kepada anak-anaknya tetapi juga kepada rakyatnya. Jika anda pergi ke Damaskus, Suriah, maka akan terlihat bagaimana masyarakat Suriah sangat memuja Asma al Assad. Setiap kemunculannya selalu dielu-elukan oleh rakyat Suriah.

Asma sering mengunjungi rakyat miskin dan orang sakit, memberikan bantuan dan semangat yang dibutuhkan. Tetapi ia tidak pernah sekalipun berbicara mengenai politik. Ia mendorong wanita Suriah untuk maju berkembang dalam bidang ekonomi. Ia juga sering menyusuri jalan-jalan di Damaskus untuk melihat suasana secara langsung.

Jika media Barat selalu menampakkan perang di televisi-televisi, sungguh kontradiktif dengan kehidupan di Damaskus. Di sana tampak baik-baik saja. Masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari secara wajar. Bahkan sesekali ada pesta di jalanan dengan kembang api dan sebagainya.

Suriah menjadi negara konflik karena intervensi Amerika Serikat dan sekutunya. Mereka menyokong pemberontak dengan dana dan senjata agar bisa menguasai beberapa wilayah tertentu dan terus merongrong pemerintahan yang sah. Di sisi lain, negara-negara itu rajin merampok dan membawa kekayaan bumi Suriah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline