Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

KPI di Antara Spongebob dan Sinetron

Diperbarui: 16 September 2019   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: imdb.com

Jagat dunia maya tengah menyoroti KPI sebagai lembaga pengawas tayangan di televisi. Kali ini yang membuat netizen berang adalah kecaman KPI tentang film kartun Spongebob Squarepants yang menjadi tontonan favorit anak-anak.

Nah, yang dipikirkan netizen adalah mengapa KPI repot-repot dengan film kartun ini. Film ini telah mendunia sejak pertama kali ditayangkan pada tahun 1999. Apa yang salah dengan film kartun ini?

Saya ingat bagaimana keponakan saya menjadi tergila-gila dengan film Spongebob. Saya dahulu ikut menonton film ini karena penasaran, mengapa keponakan-keponakan tidak ada yang mau melewatkan kesempatan untuk menontonnya.

Saya pikir, apa sih yang menarik dari film kotak sepon itu? Ternyata filmnya lucu banget. Film ini berhasil membuat anak-anak tertawa, membuat dunia mereka menjadi ceria.

Sebenarnya banyak pesan moral yang tersirat dari film Spongebob. Utamanya adalah mengenai persahabatan Spongebob dengan Patrick. Persahabatan ini tulus, tanpa pamrih. Saya kagum dengan kesabaran Spongebob menghadapi kebodohan Patrick.

Kalau film ini dinilai KPI dapat memberikan efek buruk kepada anak-anak karena mengandung kekerasan dan kadang pornoaksi, saya rasa tidak begitu yang dimaksudkan film ini. Soalnya memang begitulah kehidupan manusia sehari-hari.

Satu hal yang membuat netizen kesal, film Spongebob Squarepants sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sinetron kita. Coba lihat, adakah sinetron yang bagus dan memberi keteladanan? Saya cuma melihat Preman Pensiun, sedangkan yang lainnya justru buruk.

Kebanyakan sinetron Indonesia sangat tidak mendidik. Sinetron yang ada di televisi memperagakan kekasaran, tidak beradab, kehidupan hedonisme dan memuja materialisme.

Sinetron tentang cinta yang sangat lebay, seringkali terjebak pada Cinderella sindrom, di mana gadis miskin kelak mendapat pemuda kaya. Sinetron paling menjengkelkan adalah drama rumah tangga yang dibuat njelimet dengan perselingkuhan serta perilaku tidak senonoh.

Sedangkan sinetron yang berbungkus agama justru memperlihatkan bahwa Tuhan Maha Penghukum. Semua didramatisir lebih dari kewajaran. Dan hal ini justru tidak menggugurkan orang menjadi tobat, bahkan semakin tidak percaya dan tidak mengenal Tuhan itu sendiri.

Banyak penjahat yang menjadikan sinetron sebagai inspirasi untuk melakukan kejahatannya. Terbukti dengan pengakuan beberapa pelaku kriminal yang tertangkap. Tak heran jika kriminalitas semakin meningkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline