Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Politik Santun ala BTP

Diperbarui: 15 Agustus 2019   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BTP dalam kongres PDIP | tribunnews.com

Siapa percaya bahwa Basuki Tjahaya Purnama (BTP) atau Ahok bakal mengundurkan diri dari dunia politik selama-lamanya?  Meski dia mengatakan bahwa karir politiknya sudah tamat, tetapi kenyataan menunjukkan sebaliknya. Ibarat Ria Ricis yang pamit hanya sebentar sehingga dibully netizen.

Seseorang yang sudah biasa hidup dalam dunia politik, akan merasa bahwa politik sudah mendarah daging, sulit untuk dilenyapkan. Politik itu seperti cabai, pedas tapi tidak bikin kapok, malah penasaran dan ingin mencoba lagi. Buktinya, banyak caleg gagal yang tetap mencoba peruntungan dalam pemilu yang lalu.

Karena itu saya yakin bahwa BTP tidak akan menghilang dari dunia politik. Ia justru sedang memainkan politik santun sebagaimana politikus lain yang gemar bersembunyi di balik kesantunan. Ahok belajar dari pengalaman, masyarakat lebih suka politik santun daripada politik kasar meski yang kasar berlandaskan kejujuran.

Nah, ada tiga indikasi bahwa BTP sedang menjalankan politik santun, yang bisa meraih empati masyarakat. Tiga hal ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa Ahok adalah sosok yang tetap memiliki daya tarik politik, yang membuat lawan-lawannya semakin segan kepadanya.

Pertama, BTP akan menjadi pemandu dan host acara talk show di sebuah televisi swasta. Acara ini bertajuk "BTP (Ahok) menjawab",  mengulas segala permasalahan dari sudut pandang seorang BTP. Sudah pasti, pengalaman Ahok dalam memimpin ibukota Jakarta akan menjadi bahan perbandingan.

Jika acara ini berhasil ditayangkan, akan menjadi magnet yang menarik perhatian masyarakat. Bagaimana pun, nama Ahok masih membuat banyak orang penasaran, termasuk para haters. Mereka ingin tahu, apa saja yang akan dikatakan dan dilakukan seorang BTP setelah tidak berkiprah sebagai gubernur.

Dengan sendirinya, popularitas BTP akan terus eksis, bahkan bertambah meningkat. Semua orang, di seluruh Indonesia akan lebih mengenal Ahok. Dia menjadi tokoh nasional yang diperbincangkan oleh masyarakat. Dan dengan tidak lagi menjabat sebagai gubernur, sulit bagi haters untuk menyerang.

Kedua, BTP merencanakan akan meluncurkan aplikasi "Jangkau". Aplikasi ini berpotensi menyejahterakan rakyat, karena dapat mengurangi kesenjangan sosial. Orang yang berkelebihan dalam hal materi, bisa menyumbang untuk yang masih membutuhkan. Ini adalah bentuk dari perwujudan sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bayangkan dengan aplikasi itu BTP mampu mempertemukan antara orang yang ingin memberi dengan yang butuh ditolong. Mereka bisa bertemu langsung setelah dijembatani oleh aplikasi ini. Dan, ini jelas meminimalisir potensi korupsi dana bantuan karena si pemberi berurusan langsung dengan yang diberi.

Namun bukan berarti hal siapa yang memberi dan siapa yang diberi lepas dari pantauan. BTP dapat memantau apa yang sedang berlangsung dengan melihat notifikasi yang ada dalam aplikasi tersebut. Kalau saja aplikasi ini diperluas, maka seluruh masyarakat bisa menikmati manfaatnya.

Menurut saya, aplikasi ini sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin, terutama pejabat publik. Aplikasi ini mendekatkan pemimpin dengan rakyatnya, lalu mendekatkan golongan mampu dengan yang tidak mampu. Sekali lagi, aplikasi ini berpotensi mewujudkan keadilan sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline