Hari ini, tanggal 15 Juli, tepat tiga tahun yang lalu terjadi peristiwa kudeta berdarah di Turki. Presiden Turki, Erdogan menetapkan hari ini sebagai Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional. Peringatan tragedi kudeta dimulai sejak pagi, Erdogan membaca Alquran untuk para korban di Masjid Nasional, Bestepe, Ankara.
Kemudian Erdogan menuju Jembatan Martir di Istanbul dan meresmikan Museum Memori 15 Juli yang dibangun di samping jembatan tersebut. Sebuah museum yang berdiri di sisi Anatolia, akan mengingatkan rakyat Turki pada tragedi kudeta tersebut.
Pembangunan museum dimulai pada tanggal 13 Maret dengan luas 1500 m2, selain itu ada area hijau seluas 15.000 m2, dilengkapi dengan masjid dan cabang dari Pusat Kendali Lalu Lintas Direktorat Jenderal Keamanan Istanbul.
Museum ini akan menyajikan kronologi kejadian pada tanggal 15 Juli 2016. Berbagai memorabilia dari orang orang yang menjadi korban kudeta juga dipajang, mereka adalah pahlawan bagi masyarakat Turki. Sedangkan di ruang bawah tanah, diberikan informasi mengenai kudeta yang terjadi di seluruh dunia.
Sejarah kelam
Upaya kudeta berdarah 15 Juli 2016, telah menjadi sejarah kelam bagi Turki. Bagaimana tidak, sekitar 251 warga sipil tewas selama upaya kudeta dan ribuan dituduh setelah memiliki hubungan dengan kelompok teroris di belakangnya. Kelompok Teroris Glenist (FETO) dianggap sebagai biang keladi.
Bagi orang kebanyakan, terutama kaum muda, yang masih mengingat dengan baik peristiwa berdarah tersebut, mendefinisikan hari itu sebagai "kiamat negara". Terutama bagi mereka yang berada dalam situasi hidup dan mati di antara serangan para pemberontak.
"Saya ingat setiap detail hari itu," kata Mehmet, 35 tahun. Ia dan teman-temannya berada di area Taksim,
Menurut Mehmet, biasanya di Taksim ada beberapa pasukan keamanan, tetapi hari itu tidak ada. Hal itu mencurigakan bagi mereka. Mereka mengira keamanan terpanggil oleh suara bom. Namun, seorang teman menelepon dan memberi tahu dia bahwa ada upaya kudeta.
Mehmet sangat terkejut dan menangis. Ia merasa terguncang bahwa ada kudeta di tanah airnya. Hal itu umumnya dirasakan generasi muda di negara ini. Mereka juga saling mengungkapkan perasaan yang sama ketika mengingat hari yang gelap.
"Ketika saya pertama kali mendengar bahwa ada kudeta, saya terkejut. Tiba-tiba saya merasa sangat tidak berdaya. Dalam sejuta tahun saya tidak akan pernah menduga bahwa hal seperti itu akan terjadi," kata Nesliah yang berusia 25 tahun.