Manakah yang akan kamu pilih antara kopi dan hujan ketika ingin menghadirkan kenangan? Konon dua unsur atau komponen inilah yang selalu dikaitkan saat kita mengenang seseorang atau peristiwa di masa lalu, baik itu dalam suka maupun duka.
Berbagai macam puisi cinta terinspirasi dari kopi dan hujan. Lihat saja karya karya puisi yang lahir di laman fiksi kompasiana ini. Bahkan untuk seorang begawan sastra seperti Sapardi Djoko Damono, kopi dan hujan adalah sumber inspirasi.
Saya juga demikian, sering terbawa ke masa lalu saat menyesap kopi atau mendengarkan irama hujan, tak peduli dimana saya berada. Apalagi jika sedang sendirian (dan memang saya lebih suka sendiri),entah itu di rumah atau di kedai kopi.
Bila tak ada seorang pun yang menemani, maka terpenuhilah unsur hadirnya kenangan yang akan datang tanpa diminta. Ingatan yang menyerbu terus menerus dan menjajah pikiran kita. Sebuah keniscayaan, yang ternyata sangat kita nikmati.
Namun kalau disuruh memilih antara kopi dan hujan, saya akan memilih kopi. Tentu saja dengan beberapa alasan yang masuk akal, sebagai pecinta kopi dan penikmat hujan. Selain itu, saya mengakui telah terpenjara kenangan di masa lalu.
Pertama, karena saya termasuk pecandu kopi. Sebagai orang yang coffee addicted, saya bisa minum kopi lebih dari tiga cangkir sehari. Kadang kopi abal abal yang biasa dalam kemasan sachet, kadang juga kopi asli dari penggilingan yang saya dapatkan dari kiriman teman.
Jadi, minum kopi sangat mudah saya lakukan kapan dan dimana saja ketika datang keinginan minum kopi. Saya bukan orang yang merasa risih minum kopi sendirian. Kalau saya sedang ingin menikmati kesendirian, saya akan mencari tempat untuk sekedar minum kopi.
Biasanya kalau tanpa teman, saya akan memilih meja paling pojok dekat kaca jendela dari sebuah kafe. Ini supaya terhindar dari gangguan orang lain, dan bebas melihat pemandangan di luar, meski pikiran juga tidak menuju ke sana.
Sambil menikmati kopi, pasti ingatan saya melayang ke berbagai hal, termasuk peristiwa peristiwa yang telah berlalu. Jelas pasti ada kenangan tentang mantan dan membayangkan wujudnya seperti dulu. Mantan yang mana? itu rahasia tentunya.
Kedua, hujan tidak bisa datang setiap waktu. Terutama jika sudah menginjak musim panas. Kalau musim hujan, sepanjang hari kita terperangkap oleh hujan. Sekarang ini cuaca begitu panas dan terik, semalam baru saja hujan setelah lebih dari satu bulan tidak hujan.
Kalau mengandalkan hujan, maka selamatlah kenangan karena tidak bisa melintas ke dalam pikiran. Kita tidak punya waktu untuk menunggu hujan berhenti, sehingga tidak ada ingatan tentang masa lalu yang tetiba menyeruak dan membuat hati menjadi melow.