Meskipun Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud sepertinya membela putra kesayangannya dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, ternyata ada indikasi keretakan hubungan di antara keduanya. Sang Raja tidak menyukai tindakan Putra Mahkota yang brutal.
Hubungan Raja Salman dan Putra Mahkota yang kontroversial Mohammed Bin Salman telah berkembang memburuk dari hari ke hari sejak wartawan pembangkang Jamal Khashoggi terbunuh di konsulat kerajaan itu di Istanbul. Begitulah laporan dari harian The Guardian baru baru ini.
Menurut artikel yang diterbitkan di harian Inggris, keduanya ada kesepakatan pada isu-isu kritis seperti perang di Yaman, dan tanggapan Saudi terhadap protes di Sudan dan Aljazair. Raja juga diberitakan berselisih dengan putra mahkota atas pendekatan garis kerasnya untuk menekan protes.
Sebenarnya Raja bukan seorang reformator, Raja Salman bahkan dikatakan mendukung liputan protes yang lebih bebas di Aljazair dalam pers Saudi. Dalam hal ini, sang Raja melihat dari sisi yang lebih obyektif mengenai persoalan tersebut. Sedangkan putranya tidak seperti itu.
Sementara Raja Salman melakukan lawatan diMesir, Putra Mahkota malah mengambil sikap sebagai "wakil Raja" dan membuat beberapa keputusan yang sangat penting. Misalnya menunjuk seorang duta besar perempuan untuk AS, yang tidak lazim untuk negara yang sangat konservatif.
Selain itu Putra Mahkota juga memberikan jabatan Menteri Pertahanan untuk saudaranya, Khalid bin Salman. Penunjukan Khalid untuk jabatan itu membuat marah sang raja, yang menganggap bahwa itu adalah langkah prematur untuk mengangkat Pangeran Khalid ke peran yang lebih senior.
Selama perjalanannya ke Mesir, Raja diperingatkan oleh para penasihatnya bahwa kekuatannya dalam bahaya dan kemungkinan ada gerakan dari Putra Mahkota untuk melawannya. Ia dibayangi kudeta oleh putranya sendiri yang sangat ambisius itu.
Setelah peringatan itu, rombongan Raja menjadi sangat kuatir r dengan kemungkinan ancaman terhadap otoritas Raja. Kemudian sekitar 30 orang, yang dipilih secara khusus loyalis raja, diterbangkan ke negara itu untuk menggantikan tim keamanan yang ada.
Khashoggi terbunuh dan terpotong-potong di konsulat Arab Saudi di Istanbul oleh tim yang terdiri dari 15 orang. Mereka terdiri dari pejabat Saudi yang tiba di Turki untuk membunuhnya dan untuk melakukan operasi rahasia untuk apa yang Turki katakan sebagai pembunuhan berencana.
Pembunuhan dirancang oleh para pejabat tinggi di Riyadh. Para pejabat Saudi membantah bahwa keluarga kerajaan dan putra mahkota terlibat dalam pembunuhan ini. Mereka bersikeras bahwa Khashoggi tewas dalam operasi jahat, setelah berminggu mingu mengeluarkan pernyataan dusta bahwa Khashoggi telah meninggalkan gedung sebelum menghilang.
Central Intelligence Agency (CIA) juga menyimpulkan bahwa Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan jurnalis yang dianggap pembangkang tersebut. Dalam mencapai kesimpulannya, CIA memeriksa berbagai sumber intelijen.