Hal yang sangat memprihatinkan melihat perkembangan yang sedang berlangsung di Tiongkok. Negara komunis itu melawan Turki Uighur dan kelompok Muslim lainnya, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan, Turki mendesak negara itu untuk menghormati hak-hak minoritas.
Cavusoglu menegaskan hal itu ketika menghadiri sesi pertama Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) ke-40 di Jenewa, Swiss pada hari Senin. Cavusoglu berbicara di konferensi mengenai masalah pelucutan senjata.
Memberikan pidato terpisah pada sesi yang sama, Cavusoglu meminta pemerintah Tiongkok untuk memisahkan teroris dari orang-orang tak berdosa. Ia menggarisbawahi bahwa ada pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi terhadap Muslim Uighur.
Cavusoglu mengatakan Turki mengakui "hak China untuk memerangi terorisme," tetapi mendesak negara itu untuk menghormati kebebasan beragama dan melindungi identitas budaya Uighur dan Muslim lainnya.
Cavuolu kemudian menekankan dalam sambutannya, "Dan saya harus menggarisbawahi bahwa kami mendukung kebijakan One China."
Dia merujuk pada sikap China bahwa negara itu meliputi Taiwan dan daerah otonom termasuk Xinjiang dan Tibet.
Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang bagian barat China adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pemerintah China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
Berdasarkan data PBB, hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp-kamp "pendidikan ulang politik".
Dalam sebuah laporan yang dirilis pada September lalu, Human Rights Watch menyalahkan pemerintah China atas "kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia" terhadap Muslim Uighur di barat laut Xinjiang, wilayah otonom di negara itu.
Turki, yang memiliki katan budaya dan agama dengan Uighur, telah menjadi satu-satunya negara Muslim mayoritas yang mengkritik Beijing atas tindakan keras berbagai agama dan bahasa minoritas. Kementerian Luar Negeri menyebut perlakuan China terhadap Uighur penyebab besar rasa malu bagi umat manusia.
Cavusoglu dalam pidatonya juga mengecam Israel. Menurut dia, pelanggaran HAM terhadap Palestina telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.