Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Menilik Jejak Sejarah Hagia Sophia sebagai Gereja dan Masjid

Diperbarui: 24 Desember 2018   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hagia Sophia dilihat dari taman (dok.stjepan reskof (

Salah satu bangunan megah yang menjadi destinasi utama wisatawan di Istanbul adalah Hagia Sophia. Bangunan yang mudah dikenali dengan ciri khas bangunan berwarna merah bata, tampak sangat indah dan megah dari kejauhan. 

Hagia Sophia terletak berdekatan dengan Blue Mosque atau Masjid Sultan Ahmet, Kuil Medusa, dan Istana Topkapi. Jadi ada beberapa wisata yang terdapat dalam satu kawasan, dan dapat dijelajahi hanya dalam satu hari, meski harus membeli tiket di setiap tempat tersebut.

Namun satu keistimewaan Hagia Sophia adalah, bangunan ini peninggalan masa kejayaan Romawi. Bangunan ini pernah menjadi gereja sebelum kemudian menjadi masjid dalam kekuasaan Ottoman, di bawah pemerintahan Sultan Ahmet II. Sekarang dijadikan sebuah museum.

Hagia Sophia, dalam bahasa Yunani adalah Aya Sofia yang artinya Kebijaksanaan Suci. Masa ppembangunannya cukup lama antara tahun 537 M sampai dengan 1453 M. Di masa kejayaan Byzantium, berfungsi sebagai gereja ortodok, tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel.

Sebagai tempat peribadatan, Hagia Sophia merupakan gereja terbesar di dunia selama lebih dari 1000 tahun.  Apalagi Konstantinopel adalah ibukota kerajaan yang sangat terkenal. Lalu pada tahun 1520 dikalahkan oleh gereja yang baru dibangun yaitu Katedral Sevilla. 

Hagia Sophia adalah Sacred Shrewdness Church. Gereja ini diresmikan pada 15 Februari 360 pada masa pemerintahan Kaisar Konstantius II oleh Uskup Arian, Eudoxius dari Antiokia. Pada 7 Mei 558 M, dalam pemerintahan Kaisar Justinianus,  kubah sebelah timur runtuh karena gempa. 

Kemudian Hagia Sophia kembali menjadi korban gempa pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958 s/d 1025). Akhirnya bangunan ini mengalami renovasi besar-besaran agar tidak mudah diguncang gempa.  Kubahnya sangat besar, berdiameter 30 meter dengan tinggi 54 meter.

Interior gereja ini, sebagaimana gereja-gereja kuno lainnya, dihaisi dengan mozaik kaca yang indah. Tiang-tiangnya terbuat dari batu pualam warna warni dan pada dindingnya juga terdapat ukiran-ukiran.  Ada mozaik yang menggambarkan Bunda Maria dan Yesus Kristus.

Ketika Sultan Mehmed II dari dinasti Utsmaniyah atau kesultanan  Ottoman menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453, ia memerintahkan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid tempat umat muslim shalat berjamaah.  Ornamen dan lukisan kekristenan ditutup dengan kaligrafi.

Interior Hagia Sophia (dok.seyan Mehmet)

Selama lebih dari 500 tahun Hagia Sophia berdiri sebagai masjid. Tetapi Sultan sendiri tidak jadi menggunakannya. Sultan Mehmed II justru memerintahkan mendirikan masjid baru berdekatan dengan Hagia Sophia, yaitu Masjid Sultan Ahmet atau dikenal dengan Blue Mosque.

Sayangnya kejayaan Ottoman menjadi surut. Turki berubah menjadi negara Republik di bawah kekuasaan Ataturk, yang juga mendapat julukan sebagai Bapak Turki modern. Ataturk memerintahkan agar Kaligrafi di dalam Hagia Sophia dihilangkan sehingga memunculkan kembali lukisan kuno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline