Sekarang ini Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman tengah berkeliling ke berbagai negara untuk mendapatkan dukungan, terutama di kawasan Timur Tengah. Di tiga negara, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, kunjungannya berlangsung lancar.
Bahrain tidak menunjukkan gejolak terhadap kedatangan Mohammed bin Salman. Kerajaan ini memang masih berhati-hati dalam bersikap karena posisinya yang rawan di kawasan Timur Tengah. Penguasa Bahrain menyambut Putra Mahkota dengan tangan terbuka.
Sementara Uni Emirat Arab adalah partner dalam segala hal bagi sepak terjang Putra Mahkota Arab Saudi. UEA membantu pasukan Arab Saudi menggempur Yaman dan juga mendukung blokade terhadap Qatar. UEA selalu kompak dengan Arab Saudi.
Sedangkan Mesir sudah lama menjadi sekutu Amerika Serikat dan Arab Saudi sejak berada di bawah pemerintahan Al Sisi. Jenderal Al Sisi naik ke tampuk pemerintahan setelah berhasil menggulingkan pemerintah melalui kudeta berdarah. Amerika Serikat berada di balik punggungnya.
Meski Al Sisi menerima kedatangan Putra Mahkota, ada kelompok yang menentang kedatangan Mohammed bin Salman. Organisasi Gerakan Demokrasi Sipil yang menaungi 9 oposisi mengecam kunjungan Mohammed bin Salman sebagai pencitraan dirinya di mata masyarkat internasional.
Namun ketika Mohammed bin Salman menginjakkan kakinya ke Tunisia, ia justru disambut oleh demonstrasi masyarakat secara besar-besaran. Rakyat Tunisi menolak kedatangan Putra Mahkota. Mereka tidak mau jika pembunuh jurnalis Jamal Khashoggi berada di negara tersebut.
Bagi rakyat Tunisia, Mohammed bin Salman adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pembunuhan Jamal Khashoggi. Mereka menilai bahwa Putra Mahkota Arab Saudi tersebut harus mendapatkan hukuman yang layak sesuai dengan hukum internasional.
Serikat wartawan Tunisia telah melayangkan surat kepada Presidennya. Organisasi ini menekankan bahwa perbuatan Mohammed bin Salman merupakan serangan terhadap prinsip revolusi 2011 yang membawa demokrasi dan kebebasan berpendapat di Tunisia.
Kemudian Mohammed bin Salman akan akan menghadapi tuduhan dari kelompok hak asasi manusia di Argentina. Kelompok Hak Asasi Manusia ini menggunakan klausul kejahatan perang dalam konstitusi untuk menyelidiki peran Putra Mahkota dalam kejahatan kemanusiaan.
Mereka mengacu pada kejahatan perang di Yaman yang telah menewaskan lebbih dari 10 000 anak. Selain itu juga mengenai pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Menurut rencana, Mohammed bin Salman akan datang ke pertemuan G20 di Buenos Aires minggu ini.
Human Right Watch akan mengirimkan tuntutan ke hakim federal Ariel Lijo. Perlu diketahui, konstitusi Argentina mengakui Yuridiksi Universal untuk kejahatan perang dan penyiksaan. Berarti otoritas pengadilan dapat menyelidik dan mengadili tersangka di mana pun dia berada.