Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Sudan Mengganti Gubernur Bank Sentral untuk Mengatasi Krisis Ekonomi

Diperbarui: 17 September 2018   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Sudan (dok.mee.net)

Presiden Sudan, Omar Al Bashir tidak membiarkan krisis ekonomi yang melanda negaranya menjadi berlarut-larut. Ia telah mengambil keputusan penting dengan mengganti Gubernur Bank Sentral agar inflasi tidak berlanjut. Kemarin Gubernur Bank Sentral yang baru dilantik.

Mohammed Khair Al Jubair yang ditunjuk menjadi Gubernur Bank Sentral yang baru itu merupakan mantan Menteri Keuangan pada periode 2011 s/d 2013. Ia mengisi  jabatan Gubernur Bank Sentral yang kosong sejak 16 Juni 2018 karena Gubernur sebelumnya, Hazem Abdelgeder telah meninggal dunia terkena serangan jantung ketika berkunjung ke Turki.

Tugas yang dihadapi Mohammed Khair Al Zubair sangat berat. Krisis ekonomi yang disebabkan menguatnya mata uang Dolar telah membuat mata uang Sudan Anjlok drastis. Inflasi yang terjadi sangat tinggi, mencapai 68% pada bulan Agustus.

Sudan menggunakan mata uang Pound, yang kini nilainya anjlok menjadi 42 pound terhadap Dolar AS di pasar gelap. Sedangkan secara resmi, nilainya adalah 28 Pound terhadap Dolar AS. Padahal, Bank Sentral Sudan telah mendevaluasi mata uang Pound dua kali sejak Januari 2018.

Menurut pemberitaan Reuters, semula yang ditunjuk untuk menjabat Gubernur Bank Sentral adalah Abdalla Hamdok. Dia adalah mantan sekretaris eksekutif  Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika. Tetapi Hamdok menolak penunjukan tersebut.

Juru bicara kepresidenan menyatakan bahwa Perdana Menteri Mutaz Musa Abdalla akan memegang portofolio keuangan. Perdana Menteri telah menyetujui masalah itu ketika tukar pendapat dengan Presiden Al Bashir.

Di hadapan  21 anggota kabinet yang baru dilantik Sabtu lalu, Perdana Menteri mengansumsikan bahwa portofolio keuangan adalah dalam upaya menghidupkan kembali perekonomian yang ambruk.  

Presiden Al Bashir yakin bahwa masyarakat Sudan menaruh harapan besar pada kabinet yang baru untuk memulihkan kondisi perekonomian. Hal ini menjadi tantangan terbesar yang harus mampu dilakukan mereka. Kabinet yang baru harus bekerja keras secara efisien dengan menggunakan segala sumber daya yang ada.

Sayangnya tidak semua orang sama yakinnya dengan sang Presiden. Pihak oposisi jelas meragukan kinerja kabinet yang baru. Mereka pesimis bahwa kabinet baru akan bisa membawa perubahan yang signifikan.

Pihak oposisi menilai bahwa kabinet baru tidak memenuhi syarat untuk menghadapi krisis yang terjadi sekarang ini. Ia memprediksi pemerintahan yang baru akan mengalami kegagalan. Perombakan kabinet tidak banyak berpengaruh, apalagi beberapa orang dari kabinet sebelumnya masih dipertahankan.

Di sisi lain, Presiden Al Bashir menyerukan gerakan penghematan untuk menahan laju inflasi. Sudan membutuhkan konsensus politik nasional untuk menyukseskan gerakan ini. Keberhasilan reformasi adalah pada tindakan nyata dari seluruh elemen masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline