Perang ekonomi antara Turki dan Amerika Serikat menjadi perhatian masyarakat internasional. Para pemimpin dari seluruh dunia, terutama dari negara-negara berkembang, mengetahui betul bahwa kejatuhan Lira Turki adalah cara Amerika Serikat untuk 'menundukkan' Turki yang dianggap membandel.
Dukungan paling keras dinyatakan oleh Perdana Menteri Pakistan yang baru terpilih, Imran Khan, melalui cuitan di twitter pagi ini. Sebagaimana yang tertulis di twitter, kirakira begini:
"Atas nama rakyat Pakistan dan saya sendiri, saya ingin memberitahu Presiden Erdogan dan rakyat Turki bahwa kami mendoakan keberhasilan mereka dalam menghadapi beratnya tantangan ekonomi karena mereka selalu berhasil melawan kemalangan dalam sejarah kejayaan mereka," kata Khan.
Sebelumnya, hari Senin yang lalu Kementrian Luar Negeri Pakistan juga menentang sanksi sepihak yang dilancarkan Amerika Serikat kepada Turki. Di sisi lain, Pakistan mengakui peran Turki dalam menjaga perdamaian dan stabilitas internasional.
Kicauan Imran Khan segera disambut rakyat Pakistan, khususnya para pengguna media sosial. Mereka menyerukan untuk memboikot produk-produk Amerika Serikat dan sebaliknya menghimbau untuk membeli produk-produk Turki. Dengan gencar gerakan membeli produk Turki disebarkan melalui media sosial.
"Jika anda ingin membantu Turki, maka belilah produk-produk Turki. Lebih baik mengunjungi Turki daripada mengunjungi negara-negara lain," cuit seorang pengguna twitter Arshad Zaman. Sedangkan Ali Osman menulis,"Pada tahun 1920 an Turki membela negara-negara muslim dari seluruh dunia. Kini setelah 100 tahun, kami akan berdiri bersama saudara-saudara kami di Turki.
Gerakan semacam juga timbul di Senegal, para aktivis menyerukan gerakan untuk mendukung perekonomian Turki. Mereka membagikan 30 merek produk Turki yang bisa dibeli dan menghimbau tidak membeli produk Amerika Serikat. Menggunakan pesawat Turkish Airlines juga bagian dari dukungan mereka.
Seorang Imam Mesir yang tingal di Kuwait bahkan menawarkan perhiasan emas istrinya untuk disumbangkan bagi perbaikan ekonomi Turki. Sayyid Muhammad Mustafa mendatangi kedutaan Turki di negara tersebut dan menyampaikan keinginannya. Bagi dia, kejatuhan Lira adalah skenario jahat Amerika Serikat.
Meski kedutaan Turki menolak sumbangannya, Mustafa tetap bertekad membantu Turki dengan cara membeli produk-produk Turki dan mata uang Lira. "Turki adalah harapan kaum muslim," katanya tegas.
Langkah lebih kongkrit ditunjukkan oleh negara Azerbaijan. Kementrian Luar Negeri Azerbaijan sepenuhnya yakin akan masa depan Turki. Dalam pernyataan yang dikeluarkan kementrian tersebut dikatakan bahwa negara itu akan terus berinvestasi dan turut andil dalam perekonomian Turki.
Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyampaikan dukungannya kepada Turki. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, Muhyiddin Junaedi. Menurut dia, Amerika Serikat ingin menyingkirkan Turki sebagai kekuatan ekonomi di Eropa.