Tawaran ngabuburit datang dari mana saja. Tapi saya orang yang sangat pemilih. Kalau tidak sesuai selera, tidak akan saya lirik.
Namun kalau yang namanya jalan jalan, pasti suka banget. Kebetulan Koteka Kompasiana bikin acara City Tour di kota Bogor. Iya, di kota Bogor, yang terkenal dengan kota angkot eh kota hujan.
Bogor kan cuma dekat saja dari Depok. Maka sudah pasti saya ikutan acara ini. Meluncurlah saya dengan Commuter line ke sana.
Kami janjian di depan KFC, selain admin Koteka, mas Diaz, ada tour guide dua orang dari Bogor Your, mas Rizky dan Lady, yang sudah biasa membawa turis mengelilingi kota Bogor. Ada juga satu orang bule yang ikut City tour ini, namanya Fairuz dari Uzbezkistan.
Mulai menyusuri jalan, kami melihat kantor Polres yang dahulu adalah hotel pertama di Bogor, yang dibangun tahun 1826. PT KAI (dulu PJKA) membelinya sebagai aset, tetapi pada waktu mengalami krisis terpaksa dijual. Kemudian diambil alih menjadi kantor Polres.
Setelah itu kami mampir ke gereja katedral. Gereja ini dibangun tahun 1896,letaknya di samping SMP I dan SMA I Bogor. Gereja ini bukan gereja tertua, tetapi pengalihan gereja yang ada dekat kebun raya Bogor.
Nah, berhubung sudah masuk waktu Dhuhur, yang muslim sholat dulu di masjid Balai kota. Sayang hari libur, Bima Arya tidak bisa diintip di kantornya ini.Balai kota dulu adalah gedung karasidenan Bogor.
Kami lalu menyeberang ke arah istana Bogor. Pintu gerbang tertutup rapat. Kita tidak tahu apakah Jokowi ada di dalam atau tidak. Teman teman cukup puas dengan membelai rusa yang jinak. Rusa ini jumlahnya lebih dari 700 ekor lho.
Istana Bogor dibangun pada tahun 744. Istana ini bernama Buitenzorg yang artinya 'tanpa kekuatiran'. Bentuknya meniru istana Duke of Marlbourogh, Oxford, Inggris. Kemudian dijadikan tempat tinggal 38 gubernur jenderal Belanda dan satu Gubernur jenderal Inggris.
Luas halaman istana adalah 28, 14 ha. Pernah mengalami kerusakan saat gunung Salak meletus tahun 1850. Bangunan itu dirombak total pada tahun 1850.
Kami berjalan lagi dalam cuaca yang sedang terik. Untung banyak pohon rindang dang angin bertiup. Sesekali berhenti juga dan duduk di bangku tepi jalan yang tersedia.