Memaksakan kehendak agar dapat segera menguasai seluruh wilayah Timur Tengah adalah strategi Amerika Serikat dan sekutunya. Mereka meningkatkan tekanan kepada negara-negara yang 'penakut' supaya menyetujui dan mengikuti kebijakan untuk mendukung Israel dan menyerang Suriah.
Saat ini, yang berada dalam tekanan besar adalah Yordania dan Qatar.
Beberapa hari yang lalu Yordania mencabut 'KTP' Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan beberapa petinggi pemerintahan Palestina dan pemimpin HAMAS. Memang Mahmoud Abbas yang dahulu mengajukan permohonan untuk memiliki kartu identitas kependudukan dari Yordania. Hal itu disebabkan karena Israel menghambat identitas orang-orang Palestina.
Dengan dicabutnya identitas kependudukan dari Yordania tersebut maka ruang gerak para pemimpin Palestina menjadi sangat terbatas. Yordania adalah tetangga terdekat dimana mereka lebih dulu mencari bantuan atau pertolongan. terutama dalam mengupayakan logistik yang diperlukan rakyat Palestina. Tanpa identitas tersebut, Mahmoud Abbas pun tidak aman berada di Yordania, ia bisa diusir atau bahkan ditembak.
Selain mencabut kewarganegaraan para pemimpin Palestina, Yordania juga semakin sering menutup pintu perbatasan. Padahal melalui pintu yang berbatasan di Yordania tersebut, bantuan makanan/logistik disalurkan.
Rakyat Palestina juga biasa melintasi pintu tersebut untuk berhubungan dengan teman-teman mereka di Yordania yang bersedia membantu mereka.
Sejatinya, Yordania adalah negara yang paling diharapkan bantuan dan perlindungannya kepada rakyat Palestina. Sebagai tetangga terdekat dan mayoritas muslim, idealnya Yordania berusaha dengan gigih meringankan penderitaan rakyat Palestina.
Tetapi akhir-akhir ini, justru seakan hendak lepas tangan dan menjauhkan diri. Ini tidak akan terjadi jika Amerika Serikat dan sekutunya tidak sangat memaksa.
Tekanan Amerika Serikat seiring dengan meningkatnya intensitas penyerangan Israel di wilayah Gaza. Sudah lebih dari 50 orang Palestina tewas selama bulan April, menangkap sekitar 450 orang termasuk wanita dan anak-anak. Dan kemarin, menghancurkan sebuah gedung apartemen yang dihuni 17 keluarga Palestina di Yerusalem Timur.
Amerika Serikat dan sekutunya memaksa Yordania untuk 'berdiam diri' terhadap penindasan Israel. Rakyat Palestina akan semakin terjepit, kehilangan tempat untuk bernaung, dan akhirnya mati kelaparan dan kalau memberontak, mati ditembak pasukan Israel. . Sebuah rencana pemusnahan sebuah bangsa dari kaum zionis yang sangat kejam.
Demikian pula dengan Qatar yang saat ini dipaksa untuk mendukung gerakan Amerika Serikat dan sekutunya dalam menyerang Suriah. Qatar diwajibkan membantu pendanaan dan logistik pasukan sekutu, membayar 'upeti keamanan' agar serangan tersebut berjalan lancar. Mau tak mau Qatar harus mematuhinya.