Setiap tahun orang yang melakukan perjalanan dengan pesawat semakin meningkat. Bahkan bagi sebagian masyarakat, pesawat menjadi kendaraan sehari-hari seperti bus dan Commuter Line karena mobile mereka yang sangat tinggi. Biasanya mereka adalah pebisnis, dosen 'terbang' dan para wisatawan atau traveller. Mereka bisa pergi pagi dan kembali pada sore hari.
Menjadi penting untuk memastikan bahwa perjalanan ke bandara tidak terhambat oleh apapun. Masalahnya, kita tahu bahwa hidup di ibukota harus menanggung resiko macet di jalan raya. Terlalu banyak kendaraan yang tumpah ruah, terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari. Padahal kalau urusan mengejar pesawat, kemacetan tidak bisa ditolerir.
Bila pesawat yang kita naiki berangkat dari bandara Soetta, maka kita harus melewati kemungkinan dihadang macet dari Grogol ke arah bandara. Biasanya dahulu saya menggunakan bus Damri yang langsung berangkat dari Depok menuju Bandara. Tapi berangkat dari rumah minimal empat jam sebelumnya, untuk mengantisipasi kemacetan menuju bandara.
Pernah pada suatu ketika, di jalan tol menuju bandara ada kecelakaan yang menyebabkan kemacetan yang sangat panjang. Akibatnya saya terlambat ketika tiba di bandara Soetta, pesawat sudah berangkat. Saya terpaksa menunggu pesawat berikutnya dengan membeli tiket lagi karena hanya diganti 10%. Saya rugi waktu, tenaga dan uang.
Sungguh sesuatu yang melegakan ketika pemerintah membangun jalur kereta bandara menuju Soetta. Dan pada awal tahun, Januari 2018, kereta bandara sudah diresmikan dan dapat digunakan untuk umum. Saya termasuk orang yang sangat antusias untuk menjajal kereta bandara pertama kali. Kereta itu bernama SHIA (Soekarno-Hatta Intenational Airport) yang dikelola oleh Railink(anak perusahaan KAI).
Kehadiran kereta ini membawa angin segar bagi para pengguna pesawat yang sering terburu-buru. Sejak Januari hingga akhir Maret, jumlah penumpangnya semakin bertambah. Bagaimana tidak, naik kereta ini anti macet, melaju dengan mulus menuju bandara Soekarno Hatta. Dengan fasilitas yang nyaman sekelas dengan pesawat, naik kereta ini sungguh membuat ketagihan.
Untuk sementara, kereta ini berangkat dari stasiun Sudirman Baru, yang lokasinya hanya sekitar 50 meter dari stasiun Commuter Line Sudirman lama. Kita tinggal jalan kaki saja menuju stasiun ini. Berbeda dengan stasiun Commuter Line, Stasiun ini sangat megah dan indah. Kita harus naik dulu melalui elevator dari basement ke ruang tunggu di lantai satu.
Ruang tunggu yang luas dengan bangku panjang memutar, mengitari tanaman penghias yang tertata rapi. Ada beberapa oulet makanan, seperti cafe atau resto, tersedia pula mini mart dimana kita bisa membeli keperluan pribadi. Mushola ada di lantai satu dan dua, tampak bersih dan rapi. Bahkan di lantai dua, pemandangan dari balik jendela terlihat menarik.
Ruang tunggu di lantai dua terdapat tempat chargeruntuk handphone atau laptop. Suasananya juga berbeda, lebih berkelas. Di Railink lounge, tersedia makanan resto yang sudah terkenal yaitu Mbok Berek. Ada deretan vending machine untuk membeli tiket dengan menggunakan kartu debit atau kredit.
Satu hal yang sangat saya sukai adalah toilet di lantai dua. Tidak seperti biasanya, toilet ini berlambangkan wanita dan pria dalam bentuk yang jauh lebih besar. Tapi di dalamnya terdapat dedaunan yang hijau. Jadi, kesannya tidak hanya rapi dan bersih, juga tampak asri, indah dan menarik. Bahkan menjadi spot yang menarik untuk berfoto.
Gerbong Danamon di kereta bandara.