Dunia internasional memeringati Hari Bumi pada tanggal 24 Maret kemarin. Seruan untuk mematikan aliran listrik selama satu jam diterapkan untuk semua tempat, kecuali fasilitas sosial yang sangat penting. Begitu pula di Istanbul, Turki yang memeringati Hari Bumi dengan memadamkan lampu pada pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat.
Seruan pemadaman listrik merupakan rangkaian acara dari World Time WWF setiap tahun dan diikuti oleh semua negara. Hal ini untuk membangun kesadaran manusia akan pentingnya hemat energi untuk keselamatan bumi yang kita tempati. Karena penyediaan listrik membutuhkan energi dari bumi, baik itu minyak, gas, maupun nuklir.
Selain itu juga, seruan pemadaman listrik adalah untuk mengatasi dampak yang lebih cepat dari pemanasan global yang semakin tinggi. Bagaimana pun kita merasakan bahwa beberapa tahun terakhir ini cuaca sangat tidak menentu, sulit untuk diprediksi. Salju dan es di kutub utara mencair, terjadinya bencana alam seperti badai, juga anomali perubahan iklim.
Di beberapa negara mengalami perubahan cuaca yang ekstrim. Ada tempat yang biasanya tidak pernah terkena salju, kemudian mendapat siraman salju. Pada bulan Maret ini, negara empat musim biasanya sudah memasuki musim semi, tetapi banyak yang masih dilanda hujan salju. Begitu pula dengan di Turki yang masih saja berhawa dingin.
Program pemadaman listrik dilaksanakan oleh pemerintah dan diharapkan dikuti oleh rakyatnya di suatu negara. Namun tidak ada pemaksaan, ada juga orang yang enggan melaksanakannya. Bahkan sebagian tidak peduli atau tidak tahu mengenai Hari Bumi. Kesuksesan pelaksanaan program ini tergantung pada sosialisasi pemerintah masing-masing.
Pemerintah Turki telah menyoalisasikan seruan tersebut sehari sebelumnya melalui berbagai media massa dan organisasi-organisasi masyarakat. Bahkan sebagai keseriusan pemerintah, situs-situs bersejarah, monumental dan terkenal tak luput dari pemadaman. Penduduk maupun para wisatawan ikut mendukung aksi tersebut.
Sebagai contoh, salah satu masjid bersejarah, Masjid Celemiye mengalami pemadaman lampu. Padahal pada jam itu orang-orang baru saja melaksanakan ibadah shalat Isya. Demikian juga kawasan wisatawan di sekitar Blue Mosque, Museum Hagia Sophia, Grand Bazaar, Taksim Square, Istana Dolmabahce dll.
Hanya tempat-tempat yang memiliki urgensi yang tinggi saja tidak mendapatkan pemadaman listrik, seperti bandara, karena jadual lalu lintas pesawat tidak mungkin diubah. Begitu pula rumah sakit, yang harus menjaga kondisi pasien yang sedang dirawat. Jembatan terkenal Bosphorus pun masih dinyalakan, tetapi mengalami penurunan cahaya.
Namun pemadaman listrik bukan berarti menghentikan kegiatan-kegiatan pada malam itu. Masyarakat menggunakan sejenis lampu petromak atau lilin sebagai cahaya pengganti. Acara resmi maupun acara informal tetap berlangsung dengan meriah karena orang-orang tahu soal pemadaman tersebut. Apalagi hanya memakan waktu satu jam.
Di kota-kota dan wilayah lainnya di Turki, juga mengikuti anjuran pemerintah untuk memadamkan listrik. Ibukota Ankara adalah yang utama menyerukan pemadaman. Disusul Edirne, Antalya, Izmir, Konya, zonguldak dll. Masyarakat Turki memiliki kesadaran lebih tinggi akan penyelamatan bumi daripada masyarakat Indonesia.