Indonesia kaya akan beragam flora dan fauna sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sayangnya kekayaan ini tidak terjaga dengan baik. Keserakahan manusia menjadi penyebab utama rusaknya keanekaragaman hayati tersebut. Kekayaan flora dan fauna semakin menyusut karena banyak yang sudah punah dan sebagian dalam kategori langka. Jika kita hanya berdiam diri, species yang tertinggal pun akan terancam punah.
Begitu pula dengan Owa Jawa, hewan asli Indonesia yang hanya ada di pulau Jawa. Owa Jawa atau dalam bahasa latinnya adalah Hylobates Moloch ini merupakan sejenis kera tanpa ekor yang habitatnya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Antara lain di dataran Dieng. Ujung Kulon, Gunung Halimun, Gunung Salak, Gunung Puntang, Gunung Gede dan Pangrango. Saat ini jumlah populasinya hanya sekitar 4000 ekor. Mereka berada di hutan-hutan lindung atau Taman Nasional yang dilindungi pemerintah.
Dengan keprihatinan terhadap nasib Owa Jawa itulah CSR Pertamina mengundang Kompasiana untuk mengunjungi Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGPP) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat sebagai salah satu tempat konservasi untuk Owa Jawa. Sebanyak 20 kompasianers dilibatkan untuk melihat langsung aksi penyelamatan Owa jawa di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)
Kami berkumpul di depan Bentara Budaya Jakarta sejak pukul 06.00 WIB. Rombongan menggunakan bus, yang meluncur tanpa kemacetan melewati Jagorawi. MC kocak Yosh Aditiya menghibur selama perjalanan dengan memberi kuis berhadiah. Kami tiba di area Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) menjelang siang. Di sana sudah menanti beberapa kendaraan off road yang gahar. Wah, saya yang sudah lama tidak menaiki kendaraan tersebut menjadi exciting melihatnya.
Memanfaatkan Land Rover dan ssejenisnya sebagai kendaraan off road memang tepat, karena dikenal taft dan bandel di jalan berlumpur sekali pun. Saya memilih salah satu yang menggunakan lambang palang merah dan duduk paling depan dengan pe-de. Maklum, seorang tomboy seperti saya sangat menyukai tantangan, dan ini adalah salah satu hal yang paling saya sukai. Masing-masing mobil berisi 5 s/d 7 orang
Dua kendaraan telah melaju di depan mobil yang saya naiki. Mobil berwarna merah, berisi lima orang yang terpilih mengunjungi kandang karantina Owa Jawa. Sebab kalau semua masuk, nanti binatang itu kaget dan stress. Lima orang itu terpilih setelah memenangkan kuis yang digelar Yosh Aditya, ditambah dengan Asita DK. Kendaraan beriringan seperti konvoi menyusuri jalan melewati kebun-kebun sayur milik petani setempat.
Beberapa ratus meter kemudian, kami mulai memasuki jalan berlumpur yang sangat licin. Baru sebentar saja, sudah ada ban yang selip dan mobil pun oleng ke kanan dan ke kiri, tetapi dengan kepiawaian driver-nya, kami tetap melaju menyusuri jalur off road tersebut. Namun perjalanan semakin menegangkan karena jalur tersebut ternyata melewati sisi jurang. Beberapa kali jeep harus mingslep ke dalam lumpur dan terbanting ke tepi jurang. Bagi saya, perjalanan ini sangat memacu adrenalin.
Tentu saja kompasianers yang tidak biasa dengan petualangan off road tersebut menjadi panik dan pucat. Di mobil saya, ada yang sampai ngompol lho. Mbak Yayat yang berada di samping saya pun sangat tegang. Begitu pula dengan Mas Rahab, yang berusaha tenang dengan fokus membuat foto dan video. Saya melihat 'penghuni' mobil di depan sudah kehilangan candanya.
Akhirnya kami semakin dekat dengan gerbang Taman Nasional Bedogol. Mobil merah belok ke kanan ke arah kandang karantina. Sedangkan mobil-mobil lain terus masuk ke kawasan hutan konservasi. Kami turun disambut udara segar yang memenuhi paru-paru setelah tadi banyak menahan nafas dalam perjalanan off road. Di tempat peristirahatan telah disediakan minuman hangat dan cemilan berupa singkong goreng dan pisang rebus.
Sambil beristirahat, kami mendengarkan penjelasan Ibu Badiah, Kepala Bidang Wilayah III dari KLH, yang membawahi Taman Nasional Bodogol ini. Ibu Badiah menjelaskan, populasi Owa Jawa semakin mencemaskan, karena itu pemerintah dan pihak-pihak terkait berupaya melestarikan binatang langka itu dengan menyediakan habitat Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Pertamina, sebagai BUMN yang peduli dengan kelestarian alam, menyumbang sekitar 500 juta Rupiah pertahun, khusus untuk Owa Jawa.
Taman Nasional Bodogol ini ada sejak tahun 1997. Ada 13 keluarga Owa Jawa yang bermukim di tempat ini. Satu keluarga rata-rata terdiri dari empat individu dan menguasai 10 s/d 17 ha area. Setiap pagi Owa Jawa ini mengeluarkan bebunyian seperti menyanyi bersahut-sahutan sebagai tanda memulai aktivitas.