Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Kompasiana, Separuh Jiwa yang Hilang

Diperbarui: 24 Oktober 2017   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompasianival2017 (dok.pri)

Saya termasuk penulis yang sudah karatan di Kompasiana, sejak Mei 2010.  Akibatnya, Kompasiana seperti belahan jiwa saya.  Meski Kompasiana bukan manusia, apalagi lelaki. Namun ibaratnya, Kompasiana adalah jodoh saya dalam membuat tulisan-tulisan. Di sini saya bebas menulis apa saja, dari hal sederhana tentang kehidupan sehari-hari hingga masalah politik.

Tahun-tahun pertama saya tidak begitu aktif karena berkelana di negeri orang. Saya baru mengetahui adanya Kompasianival pada tahun 2012. Itu pun saya ragu untuk mendaftarkan diri, karena merasa tidak mengenal kompasianer lainnya. Takut terasing di dunia sendiri. Begitu pula pada tahun 2013, lebih suka menyimak dari jauh.

Nah, pada tahun 2014 saya lebih aktif lagi dalam menulis di Kompasiana. Ada beberapa kegiatan off line yang mempertemukan saya dengan beberapa kompasianer senior sehingga kami menjadi akrab. Misalnya, Thamrin Sonata dan Thamrin Dahlan, dua dedengkot Kompasiana yang sangat rajin. Thamrin Sonata sudah banyak membantu teman-teman menghasilkan buku. Saya juga berkenalan dengan Kang Pepih sebagai COO Kompasiana.

Saya berpose pada booth yang mirip penjara untuk menyindir UU ITE (dok.pri)

Karena itulah saya kemudian berani mendaftarkan diri untuk hadir dalam Kompasianival 2014 di Taman Mini Indonesia Indah. Pada saat itu saya sangat takjub menyadari bahwa ternyata Kompasiana adalah media warga terbesar di Indonesia. Suasana sangat meriah, apalagi dengan hadirnya tokoh-tokoh yang sedang naik daun, yaitu Ignasius Jonan, Ahok dan Ridwan Kamil. Kehadiran mereka mengundang datangnya wartawan-wartawan asli (dari media cetak, TV dan online).

Selain itu, banyak hal yang mengesankan. Acara-acara diskusi di luar panggung utama sangat menarik. Belum lagi booth dari beberapa komunitas yang bernaung di bawah Kompasiana. Saya senang sekali meminta makanan dari booth KPK. Di situlah saya mengenal Mas Rahab Ganendra dan mbak Avy.  Banyaknya sponsor yang memberikan hadiah, membuat saya bisa menenteng 'oleh-oleh' yang cukup banyak.

Tahun 2015 merupakan masa produktif bagi saya. Pada tahun ini saya menulis banyak artikel, lebih dari satu artikel setiap hari. Saya tidak mau kalah dengan Pak Tjipta yang bersemboyan satu artikel satu hari. Karena saya lebih muda, maka saya harus bisa lebih dari beliau. Begitu tekad saya waktu itu.

Pada tahun itu pula Kompasiana meluncurkan program Kompasiana TV, yang menjadi bagian dari Kompas TV. Saya diundang beberapa kali untuk ikut serta dalam program tersebut. Di antara narasumber di studi0 Kompas TV, ada wawancara online melalui google plus dengan tiga kompasianer. Kami ikut mendiskusikan masalah-masalah terkini, memberikan pandangan kami sebagai warga biasa.  Saya termasuk kompasianer yang paling banyak tampil, sebanyak tujuh kali dalam setahun.

Kompasiana TV ini membawa berkah tersendiri buat saya. Kompasiana TV menjadi pelepas kangen para sahabat dan kerabat yang sudah lama tidak bertemu. Saya tidak pernah memberitahu mereka tentang kemuncuan di Kompasiana TV, rasanya malu. Muncul di layar kaca bukan sesuatu yang pantas dipamerkan, karena selain saya masih ada kompasianer dan narasumber. Namun memang sudah nasib atau takdir, ada saja yang tahu wajah saya nongol di TV. Mereka sangat gembira karena bisa melihat saya. Hal ini baru saya ketahui beberapa lama melalui medsos.

Pembentukan komunitas sedang angot-angotnya. Saya pun tergerak untuk membentuk komunitas pengguna Commuter Line. Maklum sebagai pengguna kereta, Commuter Line adalah salah satu hal yang biasa dibahas sehari-hari. Usulan saya disambut oleh admin yang mengurus komunitas saat itu, yaitu mbak Wardah Fajri ,mas Alvidiansyah dan juga mas Kevin. Maka terbentuklah komunitas tersebut yang bernama Click (Commuter Line Community of Kompasiana). Pembuatan logo dibantu oleh Mas Harry Rhamdany.

Sementara itu, kegiatan off line KOmpasiana terus berjalan. Sehari sebelum Kompasianival 2015, saya dihubungi admin untuk turut hadir makan siang bersama Presiden Jokowi di Istana Negara. Itu adalah hari pertama Kompasianival. Saya langsung menyetujui. Kapan lagi ada kesempatan penulis makan siang dengan Presiden? Hanya ada 100 orang penulis yang diundang ke sana.

Jamuan makan siang bersama Jokowi tidak disia-siakan oleh teman-teman kompasianers untuk mengeluarkan uneg-unegnya, mewakili masyarakat umum. Di sana kami berdialog bebas dan juga berfoto dengan Presiden Jokowi. Ini adalah momen tak terlupakan bagi kami. Sayangnya banyak teman2 kompasianers yang tak diundang merasa iri sehingga menimbulkan polemik yang cukup panjang. Padahal, bagi saya ini adalah soal rejeki yang diatur oleh Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline