Fenomena yang terjadi di tanah air, semakin banyak orang Indonesia yang memuja dan mengagumi Presiden Turki, Erdogan. Ironinya, sebagian pengagum Erdogan tersebut justru meremehkan Presiden kita sendiri, yaitu Jokowi. Terutama jika mereka membandingkan sikap, tindakan dan keputusan kedua pemimpin tersebut dalam menangani masalah politik dalam atau luar negeri.
Padahal sejatinya, terdapat beberapa perbedaan mendasar yang tak bisa membuat kedua pemimpin itu disamakan. Kita membicarakan dua karakter yang berbeda dari segala sisi. Ibarat pepatah "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Erdogan dan Jokowi tidak akan pernah sama atau pantas disamakan.
Mengapa mereka tak bisa disamakan? Inilah fakta-fakta yang harus disadari:
1. Turki yang berada di kawasan Timur Tengah, dekat Eropa dan Afrika. Jika kita sudah sering bergaul dengan orang-orang yang berasal dari sana, maka akan tahu bahwa karakter orang-orang di kawasan itu memang lebih ekspresif dan keras. Berbeda dengan Indonesia yang berada di wilayah Asia tenggara, dengan dominan Melayu yang jauh lebih lembut dan halus. Selain faktor keadaan alam, jenis makanan juga memengaruhi karakter tersebut.
2. Luas wilayah Turki kira-kira enam kali pulau Jawa atau lebih sedikit. Namun negara kita punya wilayah yang sangat luas dengan tiga perbedaan waktu. Lebih mudah memantau dan mengatur luas wilayah yang lebih sedikit. Selain itu Indonesia adalah negara kepulauan, dua pertiga wilayahnya adalah laut. Sedangkan Turki lebih banyak daratan.
3.Hanya ada beberapa suku bangsa yang menjadi penduduk Turki. Sementara Indonesia memiliki lebih dari 400 suku bangsa dengan ciri khas adat istiadat tersendiri. Karakter yang keras tidak sesuai untuk menangani perbedaan yang begitu tinggi kecuali orang yang sabar. Karena itulah, dari Presiden pertama hingga ketujuh (kecuali BJ Habibie) berasal dari suku Jawa yang karakternya lebih lembut dan sabar, berpikir dulu baru bertindak.
4. Tingkat perekonomian Turki lebih tinggi dari Indonesia. Kemajuan ekonominya cukup pesat dengan perniagaan menggunakan mata uang Euro atau Dolllar. Jadi jangan heran kalau Turki lebih banyak mengirimkan bantuan logistik ke negara konflik/miskin daripada Indonesia. Harus diakui bahwa taraf penghidupan masyarakat Indonesia sangat bervariasi seperti juga banyaknya suku bangsa, ada yang sangat miskin hingga sangat kaya. hal ini terjadi pada negara yang berpenduduk dengan jumlah besar.
5. Turki lebih maju dalam bidang teknologi. Industri menggunakan mesin-mesin yang canggih sesuai dengan standar negara modern. Sehingga produksi cukup tinggi. Sarana dan prasaran menunjang kebutuhan perekonomian. Sementara Indonesia, masih banyak tertinggal.
6. Sejak semula Turki memang telah menjadi negara Islam, walau sempat cenderung sekuler. Sedangkan Indonesia memang berpenduduk muslim terbanyak dunia, tetapi bukan negara agama. Negara kita lahir karena perjuangan dari semua suku dan agama.
7. Takdir sejarah Turki jelas berbeda. Turki memang ditakdirkan sebagai negara yang mengusung kejayaan Islam. Hal ini tidak lepas dari wilayahnya yang tak begitu jauh dari jazirah Arab. Tampaknya takdir itu berlaku sampai akhir zaman. Indonesia akan berjaya dengan jalan yang berbeda.
Meski demikian, bukan berarti bahwa Indonesia dan Turki tidak bisa bekerjasama untuk melakukan sesuatu bagi dunia internasional. Sebagaimana sepasang pengantin/suami istri, adalah menyatukan dua kepribadian. Ada yang bisa diadopsi dari masing-masing negara dan ada yang tidak. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling melengkapi demi kebaikan bersama.