Nasib buruk dan penderitaan penduduk Rohingya tidak hanya menyentuh nurani para pemimpinnya, tetapi juga mengetuk hati rakyat Turki. Mereka tidak hanya turun ke jalan berdemonstrasi untuk memrotes pemerintahan Myanmar. Masyarakat Turki, sebagaimana juga masyarakat Indonesia, mengumpulkan donasi untuk membantu pengungsi Rohingya.
Salah satunya adalah Erkan Ayhan, lelaki Turki berusia 40 tahun yang berprofesi sebagai pedagang roti Simit. Setiap orang yang pernah ke Turki tentu tahu bahwa Roti Simit adalah makanan khas di Turki. Bentuknya bulat dengan lubang di tengahnya. Mirip donat, tetapi lebih besar. Rasanya tawar dan alot untuk ukuran orang Indonesia. Biasa dimakan dengan teh hangat.
Erkan dan istrinya membuat sendiri roti Simit di rumah. Setelah selesai, roti itu disusun di atas nampan yang cukup besar, yang mampu menampung lebih dari 50 roti Simit. Kemudian, Erkan menjajakan roti itu berkeliling, menyusuri jalan-jalan dan menawarkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Begitulah rutinitas Erkan sehari-hari.
Namun Erkan selalu menyimak berita-berita dari dalam dan luar negeri. Ia mengikuti perkembangan berita-berita tersebut sehingga tahu apa yang sedang terjadi. Dia sangat sedih dan prihatin terhadap nasib saudara-saudara muslim Rohingya yang teraniaya di tanahnya sendiri, Rakhine, Myanmar. Hal itu sangat menguasai perasaan dan pikiran Erkan yang tak pernah ketinggalan beritanya.
Saking sedihnya, Erkan tidak dapat makan daging di hari raya Idul Adha. padahal di Turki, daging kurban berlimpah. Dia akan ingat bahwa para pengungsi tidak bisa menikmati daging kurban. Erkan bahkan tidak bisa tidur setiap kali terbayang foto-foto dan gambar korban Rohingya yang disiatkan televisi Turki dan disebarakan melalui koran-koran Turki.
Maka Erkan berpikir keras bagaimana caranya membantu para pengungsi Rohingya. Ia tahu, pemerintah melalui kepemimpinan Erdogan, telah bertindak cepat dengan mengirim bala bantuan logistik. Erkan ingin menjadi bagian dari orang-orang yang menyumbang untuk menolong para pengungsi. Walau Erkan cuma seorang pedagang roti Simit, hal itu tidak menyurutkan niat dan tekad bulatnya berbuat kebaikan.
Erkan kemudian memutuskan untuk menyumbangkan penghasilannya selama dua hari dalam menjual roti Simit. Penghasilan selama dua hari itu sebesar 147 TL (Turkish Lira) atau kira-kira sebesar 43 dolar AS. Uang itu disalurkan melalui lembaga IHH (lembaga bantuan terbesar di Turki untuk kemanusiaan)
"Rohingya tidak akan tertolong hanya dengan bantuan saya," kata Erkan. Namun dia berharap semua umat muslim dunia bersatu untuk menyelamatkan Rohingya. "Saya minta agar semua umat muslim berdoa untuk Rohingya".
Sejak Turki menurunkan bantuan untuk Rohingya, Erkan berjualan roti Simit dengan mengenakan kaos yang bertuliskan "Dunia kalian kejam. Arakan menderita, tetapi kalian tidak bertindak". Sambil berjualan, ia mengimbau orang lain untuk peduli dan membantu Rohingya. Sehingga banyak orang yang membeli roti Simit jualannya untuk menunjukkan kepedulian mereka kepada pengungsi Rohingya.
"Masalah Rohingya hanya bisa diatasi jika seluruh umat muslim di dunia bersatu," tegas Erkan Ayhan.
Berdasarkan data PBB, sudah lebih dari 270 000 orang Rohingya yang mengungsi ke negara Bangladesh. Sedangkan sebagian lainnya, berusaha melarikan diri ke negara-negara tetangga lainnya, termasuk Indonesia dan Malaysia. Pemerintah Turki tetap mengalirkan bantuan sebagaimana yang dijanjikan kepada pemerintah Bangladesh melalui IHH. Sedangkan Indonesia, diwakili oleh organisasi ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan beberapa organisasi lainnya.