Banyak orang yang merasa gagal dalam hidup, terutama jika menyangkut masalah perekonomiannya. Mereka merasa sudah berbuat secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidupnya. Lantas, mereka bersikap pasrah dan 'nrimo' terhadap keadaan buruk yang dialami. Kegagalan dianggap sebagai takdir. Padahal Tuhan memberi karunia akal untuk berpikir bagaimana cara mengatasinya. Kita memang dituntut berpikir lebih keras jika menghadapi situasi yang tidak mengenakkan.
Ulet dan gigih ternyata tidak cukup sebagai modal untuk sukses. Butuh sesuatu yang lebih dari itu. Salah satu hasil kunci sukses adalah melakukan perencanaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kita bisa mempelajari apa yang menjadi penyebab kegagalan, dan memperbaikinya pada kesempatan berikutnya.
Perencanaan sering dianggap sepele, tetapi sangat berarti. Setidaknya itulah yang saya pelajari dalam acara Nangkring Kompasiana bersama AXA di hotel JS Luwansa, 13 Juli 2017 yang lalu. AXA melatih kita berpikir melalui sebuah permainan yang bernama Praxis. Game ini mirip monopoli, tetapi jauh lebih bermanfaat. Kita menjadi tahu langkah-langkah apa saja yang bisa merugikan diri sendiri.
Praxis adalah gambaran cara kita menjalani hidup. Utamanya adalah bagaimana mengelola keuangan agar hidup tidak semakin susah, tetapi justru menjadi lebih baik. Penghasilan yang kita miliki dari bekerja, didayagunakan secara tepat supaya tidak merugi atau bahkan memiliki hutang. Kita harus bisa menghindari kebangkrutan.
Uniknya, kita benar-benar menjalani situasi ekonomi yang tidak menentu. Dalam permainan ini, kadangkala mendapat 'interupsi' yang mengabarkan terjadinya, resesi ekonomi, turunnya/naiknya harga saham dsb. Dengan perubahan yang tak terduga, kita dipaksa untuk mengambil langkah secara tepat dan cepat agar selamat dan tetap eksis sebagai pelaku ekonomi.
Hal yang harus dilakukan adalah, berpikir untuk jangka panjang, bagaimana keberlangsungan hidup kita. Bagaimana jika kita sakit, bagaimana biaya anak-anak sekolah, bagaimana mengembangkan usaha dsb. Untuk itu, saya memutuskan untuk mengikuti asuransi yang dapat menjamin keluarga dari kesulitan. Selain itu, saya juga membeli saham beberapa properti untuk meningkatkan penghasilan dan taraf perekonomian. Dari dana yang saya miliki, saya juga menyimpan sebagian untuk hal-hal yang tak terduga.
Sebagian besar perencanaan saya berlangsung baik. Saya menjual sebagian saham di saat harganya naik, dan mendapatkan keuntungan. Keberuntungan terjadi justru ketika saya harus resign dari kantor tempat bekerja sehingga mendapat pesangon yang cukup besar. Pada akhir permainan, saya termasuk tiga orang yang paling kaya.
Maestro Infinite Protection
Mengelola keuangan dan harta memang susah-susah gampang. Jika dilakukan secara serampangan bsia mengakibatkan penderitaan. Sebaliknya, jika kita pandai dan tepat melakukannya, menambah kebahagiaan keluarga. Herman Sensei menjelaskan hal itu secara gamblang di depan kami semua.
Ada tiga situasi yang harus kita hadapi. Pertama, situasi kepastian. Kedua adalah resiko. Ketiga adalah ketidakpastian. Beruntunglah yang hidup dalam kepastian, bisa melaksanakan tiga perencanaan, yaitu S, M dan L. S adalah surplus, baik di masa produktif ataupun tidak. M adalah mudah memberikannya pada orang yang dituju. L adalah Liquid mudah dicairkan ketika dibutuhkan.
Dalam hal ini, kita bicara masalah keluarga. Kalau kita mencintai keluarga, tentu dibuktikan dengan memberikan yang terbaik. Bukan hanya memberi perhatian dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kita harus membuat perencanaan keuangan yang bertujuan menjaga keluarga kita dari kesulitan ketika (orang tua) pergi untuk selamanya.